Harry Potter - Golden Snitch Kumpulan Cerpen Menarik: Juni 2015
Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Sabtu, 13 Juni 2015

Misteri Coretan Dinding Sekolah {Part 3}


Genre : Horror

Dengan keberaniannya Reno memanggil nya “Heyyy… Lo ngapain masih disini? lo anak IPA berapa?” Tanya Reno namun tidak digubris olehnya ia hanya terdiam “lo kenapa kok lo diem aja…?” setelah beberapa lama Reno menunggu wanita itu, akhirnya ia menghadapi mukanya kepada Reno daannn… “Siska?” ujar Reno kaget Siska adalah kekasih nya Reno yang menghilang entah kemana tanpa kabar, dan selama kehilangannya tersebut kabar yang beredar Siska telah meninggal dunia.

Semenjak itu Reno mulai menjalani hidup dengan penuh penyesalan dikarenakan dia sebagai cowoknya tidak bisa menjaganya, sering kali Reno jatuh sakit akibat selalu memikirkan Siska cewek nya, ia juga sering melamun dan tidak konsentrasi dalam belajar, namun waktu telah merubahnya dan ia bisa move on darinya namun kini ia kembali, siapa yang berada di depannya sekarang? “kamu, enggak mungkin kamu bukanya sudah meniggal?” “ikuti aku Ren…” ujar siska lalu Reno pun mengikutinya dan Siska menuju ke sebuah tempat yaitu kamar mandi sekolah dan Reno pun bertanya-tanya “Kenapa kamu mengajak aku kemari…?” Siska diam seribu bahasa tatapan matanya yang kosong membuat Reno heran dan bingung namun tak lama Nayla datang bersama Sinta “Ren lo kemana aja sih gue cari-cariin juga Haa? Siska? lo,” ujar Sinta setelah ia menyadari bahwa disana ada Siska “Sis, selama ini lo kemana aja? enggak ada kabar sama sekali” 

kemudian siska mengambil sebuah spidol bertinta merah lalu ia mulai menulis di sebuah dinding kamar mandi, dalam tulisan tersebut ia menjelaskan tentang hilangnya ia selama ini
“Ren maafkan aku yang menghilang begitu saja tanpa kabar, aku memang sudah meninggal alam kita sudah berbeda aku mau kalian tolong aku makamkan jenazah ku sewajarnya, jenazah ku berada di dalam dinding ini, aku diperk*sa oleh Fadli di dalam sebuah kamar mandi ini kemudian aku berusaha untuk menghindar namun aku tidak bisa, kejadian ini dia lakukan pada malam hari ketika semua anak-anak sudah pada pulang, awalnya ia meminta ku untuk menemaninya mengerjakan sebuah tugas namun setelah itu ia mengajak ku ke dalam sebuah toilet sempat aku menolak tapi ia mengancam dan menarik aku untuk masuk ke dalam kamar mandi, pada saat itulah ia melakukan hal yang tidak sepantasnya terhadap ku, aku mencoba berteriak namun ia telah mengeluarkan sebuah pisau lalu menusuk ku, dengan rasa takutnya ia lalu mengubur jenazah ku di dalam dinding ini tolong kalian pindahkan jenazah ku sewajarnya” mendengar penjelasan yang ditulis siska Reno sedih ia sangat marah terhadap temanya sendiri Fadli, ia tidak menyangka bahwa sahabatnya berani berbuat seperti itu terhadap temanya sendiri “aaarrrggghhh… Fadliii…” teriak Reno penuh penyesalan lalu Sinta dan Nayla menenangkan nya “sudah lah Ren, yang terjadi biarlah terjadi lo yang sabar yah, sekarang lebih baik kita pindahkan jenazahnya Siska dengan selayaknya” ujar Nay

Lalu pagi harinya seluruh isi sekolah gempar mendengar kabar yang selama ini terpendam polisi datang ke tempat kejadian perkara dengan membokar dinding kamar toilet, banyak murid yang penasaran ingin melihat, serta banyak guru yang merasa kehilangan Siska belum lagi Sinta dan Nay, di samping itu Reno datang ke kelasnya Fadli tanpa basa-basi lagi Reno menghajarnya dan memukulinya habis-habisan ia tidak terima wanita yang ia sayang kehormatanya diambil oleh lelaki bejat macam dia “Kurangg ajar, ternyata lo pagar makan tanaman yah, gak nyangka gue kalau lo menusuk gue dari belakang sahabat macem apa lo, lo tega memperk*sa Siska di toilet sampai lo membunuhnya dan asal lo tahu semua rahasia busuk lo telah kebongkar sekarang polisi sedang mengidentifikasi jenazahnya Siska yang lo kubur di dalam dinding kamar mandi…”

Lalu tiba-tiba datang seorang guru beserta polisi berniat ingin menangkap Fadli “Fadli ikut bapak ke kantor…” ujar gurunya dan akhirnya misteri coretan dinding sekolah telah terkuak rahasia yang selama ini tersimpan oleh sekolahan ini menjadikan daftar deretan project misteri yang sukses mereka kerjakan, lalu tiba-tiba Reno melihat sesosok Siska yang tersenyum bahagia itu menandakan bahwa sekarang siska tenang di alam sana, Reno pun membalas senyumannya namun seketika itu juga Siska hilang dari pandangan mata. Dan kini Fadli menjadi tersangka akibat kasus pembunuhannya terhadap seorang wanita remaja berusia 18 tahun dan kini ia mendekam di sel tahanan bersama para Narapidana lainnya dan tidak hanya itu juga pihak sekolah lantas langsung mengeluarkannya dari sekolah.
                                                {Selesai}

Misteri Coretan Dinding Sekolah {Part 2}


Genre: Horror

Ternyata mang Ibing belum mengunci pintu gerbangnya, lantas mereka pun akhirnya dengan mudah masuk ke dalam “Sin, gimana udah bisa belum?” ujar Nay “udeh ayo…” mereka pun mulai masuk ke halaman sekolah setelah ia memasuki beberapa meter, dari depan sekolah ia melihat sebuah bayangan di bawah sinarnya lampu “Nay.. Nayy.. ada orang awas…” mereka pun bersembunyi di balik tembok
“lohh? kok pintu gerbang kebuka perasaan tadi udah di tutup?” mang Ibing penjaga sekolah heran, kemudian ia kedepan untuk menetup pintu gerbang tersebut, “Nay.. kita lewat belakang aja soalnya kalau kita lewat depan nanti ketahuan mang Ibing…” “ya udah ayo cepet” lalu ia mulai menaiki anak tangga.

Lokasi toilet itu ada di lantai 2, dengan berhati-hati mereka naik namun entah mengapa Nay seperti melihat ada seorang wanita berdiri di depan kelas ruang IPA 2 “Sin, sin” “duh, apaan sih?” “ada cewek di depan ruang kelas IPA 2, tuh lihat deh” “kamera, kamera…” mereka mulai mengambil gambarnya namun tanpa terpikirkan bayangan itu lama-lama semakin mendekat, mendekat dan mendekat… kemudian mereka kabur turun ke bawah

Tanpa sengaja mereka tertabrak oleh seseorang “aaahhh” teriak mereka saking terkejutnya “aaahhh” “heyy.. heyyy… ini gue Reno hey…” ternyata dia menabrak cowok bernama Reno salah satu murid di sekolah tersebut, dia adalah ketua osis di sekolah itu “Renooo?” ujar mereka “iya ini gue lagian ngapain lo malem-malem kemari? kurang kerjaan banget?” ujar Reno “yeee… lagian lo ngagetin gue aja…” ujar Sinta “lah lo sendiri ngapain disini belum pulang lo?” ujar Nay “kalian giman sih, kalian lupa yah gua kan ketua osis di sini sudah semestinya gue pulang malem malah setiap hari gue pulang malem lembur gue..” ujar Reno “ouhhh hehehehe… Maaf” ujar Nay “ya udah sekarang lo pulang sana, nagapain lagi disini?” “lo aja duluan kita masih ada urusan..” ujar Sinta “gue penasaran deh sama kalian jangan-jangan lo mau nyuri soal ulangan matematika yahh?” “hahaha… gue lebih pinter kali dari pada lo” ujar Nay “terus lo mau ngapain?” “gue lagi nyelesaiin proyek misteri” “hahahaah… Project misteri? hahahah ada-ada aja lo, kalau lo ingin nyelesaiin protek misteri jangan disini tempatnnya disini mah gak ada apa-apa” “yeehh jangan salah Ren tadi siang gue ke toilet dan tiba-tiba aja gue mendengar suara tangisan dari balik coretan dinding kamar mandi sekolah dan gue pengen mecahin rahasia misteri di sekolah ini..” “oooo yah? ya udah gue juga penasaran pengen tau apa bener di sekolah ini ada rahasia misteri?” ujar Reno “lo mau ikut Ren?” Tanya Sinta “iya ya udah kita mulai dari mana?” “kita ke lantai 2 sekarang”

Mereka pun mulai naik kembali kali ini di temani Reno mereka berjalan pelan-pelan sambil merekam keadaan sekitar namun ketika mereka melewati ruangan Lab komputer terdengar suara ketukan pintu “tukk.. tukkk… tukkk…” “Guys itu bunyi apa?” ujar Nay “kayanya suara itu dari dalam Lab komputer deh” ujar Reno “ya udah kita masuk ke ruang lab.” Namun pintunya terkunci “pintunya dikunci guys…” ujar Reno “ya udah kita lihat dari jendela aja” ujar Sinta kameranya pun mulai merekam sekitar dari dalam lab yang dijulurkan dari luar jendela lalu dari sekian banyak komputer yang ada hanya ada satu komputer yang nyala, mereka melihat dari layar handycam “guys kemari deh di sebelah sana ada cahaya…” ujar Sinta “itu kayanya ada satu komputer yang masih nyala dehh, gue ke mang ibing dulu yah? minta kunci lab?” ujar Reno “jangan… nanti dia curiga sama kita…” ujar Nay “kalian tenang aja serahin semuanya sama gue oke?” ujar Reno “tapi Ren…?” ujar Sinta lalu Reno langsung pergi meninggalkan mereka untuk minta kunci lab sementara itu Reno mulai mencari-cari mang Ibing “mangg… manggg… manggg Ibing… duh kemana sih mang Ibing mang…” Ujar Reno, ia lalu ke pos penjaga siapa tau mang Ibing berada disana, namun ternyata mang Ibing juga gak ada lalu Reno melihat ada sesosok perempuan di depan gerbang tengah menangis masih mengenakan seragam sekolah putih abu-abu… ia sedang bersandar di besi-besi pintu gerbang.
                             {Bersambung...}

Misteri Coretan Dinding Sekolah {Part 1}


Genre : Horror


Mata pelajaran kali ini adalah Kimia. pak Bono tengah menerangkan materi Metana dan Karbondioksida, memang sedikit agak mumet untuk mempelajari Bab yang satu ini, lalu dari pada bete mereka berdua memutuskan untuk mengobrol dalam kelas “Nay, sssttt… Hey Nay” panggil Sinta ke Nay yang duduk di seberang kanannya berbisik takut ketahuan pak bono yang super galak “kenapa?” Tanya Nay “lo ngerti apa yang diterangin pak bono, sumpah gue males plus bete pelajaran dia?” ujarnya “sedikit sih, sama gue juga bete” ujar Nay “eh, Nay proyek misteri kita udah lo survey belum?” “boro-boro Sin gue enggak sempet untuk survey lokasi yang kira-kira misterius untuk dijadikan proyek kita kali ini, sibuk belajar gue sama bantu nyokap gue.” “ahhh… payah lo Nay ya udah nanti malam pokonya kita harus nyeleseiin proyek kita yang kemarin dulu,” ancamnya “gimana yah Sin? Gue…” “sssttt… aaahh udah gue gak mau tau pokoknya nanti malem kita lanjutin proyek kita oke?” akhirnya mau tidak mau Nay pun mensetujuinya.

Bel pun berdering kali ini jam istirahat telah tiba seperti biasa Nay dan Sinta selalu manfaatin waktu istirahatnya untuk nongkrong di kantin dan memesan menu kesukaanya yaitu nasi goreng buatan bu Laksmi, salah satu pedagang di kantin tersebut “Sin, lo duluan aja ke kantin nanti gue nyusul gue mau ke toilet sebentar oh ya jangan lupa pesenin kesukaan gue yah sekalian oke thanks, ya udah gue kebelet nih…” buru-buru. “dasar, tuh anak beser terus”
Lalu Sinta pun mulai menuju ke kantin dan memesan menu kesukaan Nay “bu nasi gorengnya satu yah, pedes aku tunggu disana ya mas” sementara itu Nay yang sedang berada di toilet ia mulai memasuki lalu setelah ia mulai memasuki ia mengalami sebuah keanehan yang sangat membuat dia bingung ia menemukan sebuah spidol berwarna merah yang jatuh dari atas padahal tidak ada siapa-siapa di sana di bawah kloset kemudian dia mulai mengambilnya semenit kemudian ia lalu mendengar tangisan perempuan di balik sebuah dinding kamar mandi yang penuh dengan coretan kegalauan atau curahan hati seorang siswi sekolahnya namun siapa?

Di dinding tersebut terdapat coretan curahan hati yang bertinta merah seperti menggambarkan seseorang yang sedang patah hati? disitulah Nay mulai mengaitkanya dengan hal ghaib, ia percaya di sekolah ini ada suatu rahasia yang harus dipecahkan dan ini menjadi proyek misteriusnya kali ini, setelah selesai lalu Nay menuju ke kantin untuk memberitahu kepada Sinta apa yang sedang dialaminya tadi di kamar mandi sekolah “Sin.. Sin… lo harus tahu apa yang sekarang gue alami tadi di kamar mandi sekolah” ujarnya terbata-bata “lo tuh kalau ngomong pelan-pelan kenapa” ujar Sinta “oke, tadi pas gue lagi ke toilet gue mendengar ada suara perempuan nangis, dan setelah gue cari tahu sumber suara tangisan tersebut ternyata suara itu berasal dari dinding coretan kamar mandi gue sempat baca salah satu coretan yang ada di dinding tersebut disitu tertulis tolong gue…!!! Gue gak ngerti itu maksudnya apa dan sepertinya isi coretan itu penuh dengan curahan hati seorang murid yang sedang patah hati karena cintanya dan gue berfikir kalau sekolah ini ada sesuatu rahasia yang harus kita pecahkan dan ini kita jadikan proyek misterius kita gimana?” ujarnya “ehmm… boleh juga oke nanti malem kita datang kemari untuk memastikan ada apa dibalik coretan dinding tersebut oke?”

Bel masuk pun berbunyi kini semua murid mulai melanjutkan mata pelajaran selanjutnya, namun ketua kelas memberi tahu bahwa guru Bahasa Indonesia berhalangan hadir jadi di kelas gak ada guru namun Nay mendengar pembicaraan dari teman sekelasnya bahwa dia mengalami hal yang sama ketika ia ke toilet “Sin sin lo dengerkan dia aja juga mengalami hal yang sama seperti yang gue alami tadi gue semakin yakin deh dengan rahasia dibalik coretan dinding itu”
“gue jadi penasaran deh dengan suara misterius tersebut..” langkah mereka untuk mencari tahu semakin kuat.
Malam telah beranjak kini jam menujukan pukul 23:00, janji mereka pun ditepati mereka sekarang lagi berada di depan gerbang sekolah “Nay, lo lihat ada mang ibing gak, kalau ada bilang gue yah jangan sampai ketahuan mang Ibing oke…” ujar Sinta “siipp…” balas Nay Sinta berusaha membuka gerbang sekolah.
                                {Bersambung...}

Zombie Metromini {Part 2}


Genre : Horror

Sudah dua hari aku merasa ada yang aneh saat naik metromini setiap paginya, hari ini seperti biasanya aku naik metromini pada jam yang sama. Dan selalu seperti itu, hanya ada satu bangku yang kosong dan bangku itu sudah pasti untuk aku duduk karena tidak mungkin aku berdiri untuk sampai tujuan yang lumayan jauh. Tubuhku terasa gemetar, entah apa yang membuatku merasa ketakutan hari ini, bulu kudukku tiba-tiba merinding dengan udara yang begitu dingin, angin menghembus di sekeliling tubuhku. Saat aku memperhatikan sejenak penumpang lain, tidak ada yang aneh, mereka semua tidak terdiam membisu dan mereka semua tidak banyak berbicara. Ada beberapa orang yang tidur, ada seorang perempuan yang sedang mengobrol dengan teman laki-lakinya, ada yang sedang menelepon, ada yang sedang bermain dengan hp nya dan setiap mereka memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Mungkin hari ini telah menjadi normal atau mungkin lebih aneh dari kemarin-kemarin. Tak sengaja saat aku ingin mengambil uang dalam tasku, tanganku tersentuh orang yang ada disampingku. Aku begitu kaget karena aku merasakan tubuhnya begitu dingin seperti es, rasanya aku seperti baru saja memegang es batu di dalam kulkas.

Saat aku mulai berpikir yang macam-macam tentang mereka, tiba-tiba terdengar sebuah bunyi seperti ada benda yang jatuh dan saat aku melihat ternyata itu sebuah bola sebesar bola pimpong, berwarna putih namun ada bulatan hitam dan bola itu seperti sebuah mata dengan urat-uratnya yang terlihat berwarna merah. Aku meyakinkan diriku bahwa aku hanya berhalusinasi, orang itu lalu mengambil bola itu dan dia memasangkannya ke dalam matanya. Aku mulai berkeringat dan berharap ini benar-benar halusinasiku saja. Tiba-tiba terdengar suara kedua orang yang sedang bertengkar karena memperebutkan suatu benda yang ada di tangan mereka, tetapi penumpang yang lain tidak menghiraukan mereka berdua. Saat aku mencoba untuk melihat benda apa yang mereka rebutkan, aku mulai merasa gugup karena benda itu adalah sebuah tangan yang telah lepas dari tubuh salah satu diantara mereka. Mereka tidak terlihat seperti bertengkar melainkan seperti sedang bermain dengan saling menukar-nukar tangan mereka.

Tubuhku semakin tidak dapat bergerak, rasanya semua syarafku tiba-tiba berhenti, sejenak aku menelan ludah untuk menahan ketakutan di dalam diriku. Aku berharap bahwa tidak semua penumpang yang ada di metromini ini sama seperti mereka, aku berharap masih ada manusia yang sama seperti aku sehingga kami bisa saling menolong satu dengan yang lain. Lalu aku mencoba untuk berbicara dengan seorang wanita yang berpenampilan rapi seperti seorang wanita karier dan menanyakan dia akan turun dimana, wanita itu diam beberapa detik dan menjawab dengan nada pelan. Dia berkata tidak akan turun dan tidak akan pernah turun untuk selamanya. Kata-katanya sangat mengejutkanku, aku sudah tahu bahwa dia bukan manusia seperti aku, aku tidak lanjut untuk bertanya kembali. Dan perasaan aku mengatakan bahwa mereka semua benar-benar seperti zombie yang selama ini aku duga, karena tidak mungkin aku selalu naik metromini yang sama pada jam yang sama dengan penumpang yang sama dan hanya ada satu bangku kosong untukku. 

Aku tidak mau mereka menyadari bahwa aku telah mengetahui identitas mereka, aku berusaha untuk tidak terlihat seperti orang yang sangat ketakutan karena melihat hantu. Meskipun stasiun tempat aku turun masih jauh, aku ingin cepat-cepat turun.
Saat aku sudah berdiri di depan pintu untuk segera turun, tiba-tiba mata mereka semua tertuju padaku, wajah mereka yang pucat menatapku dengan sangat dingin dan sepertinya ingin melarangku turun. Sepertinya mereka sadar bahwa aku ingin mencoba melarikan diri karena tidak biasanya aku turun bila tidak sampai di stasiun. Aku tetap berniat untuk turun, tinggal satu langkah lagi aku bisa keluar dari metromini yang misterius ini, tetapi sopir itu tidak menghentikan metromini ini dan sang kenek juga tidak memperdulikanku padahal aku sudah mengetuk atap bus tanda akan turun. Aku mulai tidak berkutik, jantungku semakin bedegup kencang, napasku terengah-engah, saat aku ingin melompat keluar dari metromini ini namun tubuhku terasa kaku dan tak bisa digerakkan tapi aku terus berusaha menggerakkan kakiku agar aku bisa melompat meskipun bus ini sedang berjalan tetapi jalannya tidak mengebut seperti metromini biasanya yang selalu ingin mendahului mobil-mobil lain. 

Tubuhku sudah benar-benar berkeringat, mataku basah karena menahan airmata yang akan terjatuh, aku ingin menangis dan berteriak tetapi semua itu percuma saja. Mereka semua mulai berdiri dari tempat duduknya dengan sekuat tenaga sambil memejamkan mata aku melangkahkan kaki ku dan aku merasa tubuhku terjatuh di atas aspal. Kaki dan tanganku terluka karena tergores aspal tapi setidaknya aku selamat dari zombie-zombie yang ada di metromini tersebut. Aku langsung memberhentikan sebuah taxi dan aku tidak menuju stasiun tetapi ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan keluargaku untuk menceritakan semua ini dan aku pasti akan merasa nyaman berada di dekat mereka karena aku tahu mereka bukan zombie.

Setelah hari itu berlalu, aku tidak ke kampus selama seminggu karena badanku masih terasa sakit dan masih trauma akan kejadian itu. Sudah waktunya untuk ke kampus agar aku tidak ketinggalan banyak materi kuliah, sejak kejadian itu aku sudah tidak lagi berangkat sepagi waktu itu, aku berangkat 1 jam lebih lama dari biasanya dan aku sudah tidak lagi mengalami kejadian yang aneh di metromini. Aku pun tidak ingin mencari tahu apa yang menjadi penyebab kematian semua penumpang yang ada di metromini misterius itu, namun banyak orang yang mengatakan bahwa 2 minggu yang lalu ada sebuah metromini yang meledak tanpa tahu sebabnya pada jam 5 lewat di pagi hari dan seisi penumpangnya tewas terpanggang. Mendengar cerita itu aku semakin dihantui pikiran-pikiran tentang kejadian waktu itu. Tapi aku berusaha untuk melupakan kejadian itu dan menjalani hidupku dengan normal.

                                  {Selesai}

Zombie Metromini {Part 1}


Genre : Horror

Langit masih terlihat gelap, matahari belum memancarkan sinarnya di pagi ini. Sudah 2 bulan aku liburan semester dan sudah waktunya untuk kembali melanjutkan kuliah. Tepatnya pukul 5 pagi aku berangkat dari rumah ke kampus. Hari ini aku sengaja bersiap-siap lebih awal dari biasanya karena aku tidak mau datang terlambat lagi ke kampus karena kampus ku sangatlah jauh. 

Butuh waktu 2 jam lebih agar bisa sampai di kampus, aku harus menuju tempat itu dengan sekali naik angkot lalu disambung bus metromini kemudian naik kereta hingga akhirnya naik bus kampus menuju kampus. Pagi ini dengan mengenakan kaos merah, celana jeans panjang dengan tas selempangan berwarna abu-abu, aku berjalan seorang diri. Saat aku turun dari angkot lalu naik bus metromini untuk melanjutkan perjalanan seperti biasanya, namun seperti ada yang berbeda hari ini, mungkin aku terlalu pagi sehingga semua terlihat gelap ditambah lampu di dalam bus ini tidak dinyalakan sehingga aku tidak dapat melihat jelas orang-orang yang ada di dalam bus ini. 

Tapi aku masih bisa memperhatikan tingkah laku dan ekspresi wajah mereka. Saat aku naik metromini ini semua bangku sudah terisi kecuali satu bangku kosong yang sekarang telah aku duduki. Bus ini berjalan dengan perlahan namun tidak berhenti untuk mencari penumpang lagi.Di perjalanan aku selalu memperhatikan sekelilingku, tak ada suara orang yang bercakap-cakap, tak ada orang yang memperhatikan ke arah jalan atau mengotak-atik hp sekedar untuk smsan atau update status. Semua terasa diam dan tak bergerak bahkan sang sopir dan keneknya pun tidak berkata sepatah katapun, semua penumpang terlihat duduk dengan kepala tertunduk tanpa memegang apapun ditangannya. 

Sang kenek itu menghampiriku dan membunyikan koin ditangannya lalu aku langsung membayar ongkos kepada kenek itu. Aku mulai memperhatikan kembali sekelilingku, mungkinkah mereka masih mengantuk sehingga terlihat tak berdaya atau mereka semua terlihat seperti zombie. Ah terlalu cepat bagiku untuk menyimpulkan semua itu. Aneh sudah hampir sampai stasiun tetapi tidak ada satu orang pun yang turun di sepanjang perjalanan, sesampai di stasiun aku langsung segera turun. Tapi mereka semua tidak ada yang ikut turun padahal biasanya banyak sekali yang turun di stasiun ini, mungkin saja mereka benar-benar turun di tempat tujuan akhir bus tersebut. Pikiranku terlalu menerawang kemana-mana memikirkan hal tersebut.

Tiba di stasiun tepat pukul 6 pagi aku langsung membeli tiket, aku menunggu kereta yang akan datang sebentar lagi dengan pikiran yang masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai keanehan yang terjadi.Besoknya aku ingin memastikan apakah hari ini akan sama dengan kemarin, apakah aku akan mengalami kejadian yang sama persis di metromini. Lalu saat aku menaiki metromini tersebut ternyata hanya ada satu buah kursi yang kosong dan letaknya paling belakang di pojok kanan. Hari ini tidak berbeda jauh dengan kemarin namun yang berbeda yaitu aku mendengar begitu banyak suara bahkan mereka semua tidak ada yang diam. Mulut mereka semua berbicara tanpa berhenti sejenak untuk menghela napas. Namun aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan, bahasa mereka berbicara terlalu cepat dan berantakan. Sungguh benar-benar aneh dan membuatku merasa pusing sehingga aku mengambil headset untuk mendengarkan musik dari hp ku. Tanpa sadar aku telah tertidur di sepanjang perjalanan dan terbangun saat metromini ini tiba di stasiun. Tanpa ada kecurigaan aku pun turun dan tak menyadari bahwa tak ada satu orangpun yang turun dari metromini tersebut dan suara mereka masih terdengar hingga aku turun.

                                       {Bersambung...}

Rabu, 03 Juni 2015

Lukisan Pengantar Cinta


Genre : Romance

Ku buka lembaran baru, ku ambil pensil dan mulai menorehkan garis demi garis, aku mulai melukis satu sosok yang berada lumayan jauh dariku, rupanya yang menawan membuatku cukup mudah menggambarkan sosoknya di kertas putih ini… Kugambarkan satu kupu-kupu di balik kertas putih itu, saat aku ingin melepas kertas itu dari kayu penyangga, kertas itu terbang tertiup angin seraya hilangnya sosok objek yang ku lukis… kuharap kertas lukis itu jatuh di tempat yang sesuai…
“Ma, Karel berangkat sekolah dulu ya” kataku pada mamaku,
“Iya” jawabnya
Akupun segera berangkat sekolah.
“Hai Karel..”, “Karel!!”, “Hai Karel!” sapa semua cewek yang ku lewati, aku hanya tersenyum menanggapi semua itu, sampainya di kelas, aku bertemu satu cewek yang… ya bisa di sebut tomboy, namanya Na-ta-li-a Me-la-ti, ku eja nama itu dan dia pun berkata “Kenapa? Ngapain lo manggil nama gue?”
“Nggak apa-apa. Salah?” jawabku segera duduk.
Seminggu kemudian..
“Anak-anak, ibu akan beri tugas melukis, kalian kerjakan berdua, Michelle sama Bryan, Natalia sama Karel, Jessica sama Michael, yang lain sama sebangkunya. Kumpulkan senin” kata Miss Evelyn
“Hah?! Saya sama Karel bu?” tanya gadis itu
“Iya Natalia” jawab Miss Evelyn
Aku pun hanya mendengus kecil..
Bel pulang sekolah pun akhirnya mengeluarkan nada-nada yang sangat ku suka.. gadis itu menghampiriku “Eh rel, besok jam 09.00 lo kerumah gue, lo bawa alat-alat lukis ok!” katanya dengan gaya tomboynya
“Iya Nat, terus?” jawabku
“Ya kita ngelukis bareng! Inget jam 09.00! Gue duluan ya, Bye” katanya segera pulang..
“Misi..” kataku mengetuk pintu rumah Natalia
“Iya? Cari Natalia ya?” tanya seorang di depanku
“Iya kak, ada?” tanyaku
“Ada, lagi pergi sebentar tapi, masuk aja” jawabnya
Aku segera masuk dan duduk di ruang tamu, tidak sengaja aku melihat kamar Natalia sedikit terbuka, karena penasaran aku pun masuk….
“Seperti kamar perempuan biasanya…” tetapi kata-kataku langsung terhenti setelah melihat satu gulung kertas lukis, ku buka dan ku lihat.. “Natalia?” kataku kecil sembari melihat lukisan itu.. Isi lukisannya adalah gambar dimana seminggu yang lalu aku gambar, Keyakinanku pun bertambah setelah melihat ada lukisan kupu-kupu di balik kertas itu
“Ngapain lo dikamar gue?” tanya Natalia mengagetkanku
“Nat, jujur, lo dapet gambar ini dari mana?” tanyaku
“Mana gue tahu, gue ketemu di depan rumah gue” jawabnya santai
“Kenapa lo simpan?” tanyaku lagi
“Ya suka-suka gue lah! Lagi pula bagus, memang kenapa sih?” tanyanya
“Kalau itu pelukisnya gue gimana?” tanyaku
“Maksud lo?” tanyanya lagi dengan penuh tanda tanya
“Iya, itu gue yang lukis, di belakang kertas itu sebagai tanda yang ngelukis ‘KAREL SUSANTEO’ Kalau gak percaya lihat saja semua lukisan gue..” kataku menjelaskan
“a…” katanya tertahan
“dan gue udah yakin, jika yang dapat ini cewek, gue akan jadikan dia pacar gue! Gue akan berubah jadi Karel yang lebih baik, Be My Girlfriend?” tanyaku sedikit gugup
“ehm.. rel tapi.. gue kan bukan tipe lo.. gue tomboy beda sama tipe lo yang feminime..” jawabnya
“Justru gue suka sama cewek yang gak ngejar-ngejar gue, itu hanya lo” jawabku
“Ok.. gue mau” jawabnya, setelah dia berkata ‘gue mau’ rasanya tuh…
brruuuukkk! “aww..” kataku
“rel! bangun! ngapain lo tidur di kamar gue?” kata seseorang
“hah?” kataku sembari memegang lukisan itu… “It’s just dream?.. I will make it real..” kataku dalam hati
“Nat, lo mau gak jadi pacar gue?” tanyaku
“maksud lo?” tanyanya
“Be My Girlfriend?” tanyaku lagi
“REL SADAR WOY! GUE BUKAN NATALIA! GUE KAKAK LO!”
“Maksud lo?” tanyaku bingung
“Gue bukan Natalia, gue kakak lo, lagi pula ngapain lo nembak Natalia lagi? Dia kan sudah jadi pacar lo.. ada-ada aja deh” katanya, Hah? Jadi aku sudah berpacaran dengannya? Jadi tadi itu mimpi / tidak?
                                      {Selesai}

Jin Jubah Hijau {Part 3}


Genre : Horror

Hari ini aku dan Arin mengunjungi rumah neneknya Arin. Kami berjalan menelusuri jalan komplek yang sangat sepi, tidak ada kendaraan umum yang lewat di daerah itu. Jaraknya cukup lumayan, lumayan membuat kaki ku pegal.
“Nah ini, yang pagar coklat.” ucap Arin
“Oh jadi disini rumah nenek mu.”
“Ayo masuk.” ucapnya seraya membuka pagar coklat setinggi dada orang dewasa. Tanpa memencet bel, tanpa mengucap salam, Arin membuka pagar yang tidak di kunci itu. Nampaknya dia sudah sering betul kesini sehingga sudah menganggapnya seperti rumah sendiri.
Kami memasuki rumahnya yang bernuansa adat jawa. Kami sampai di ruang tengahnya, di sana neneknya berada, sedang duduk di sofa tua sambil menonoton tv.
“Tapi aneh, dia gak masuk.” ujar Arin.
“Hah?” respon ku bingung.
“Jin itu gak ikut kita masuk ke rumah.” ujarnya lagi. “Nek, apa kabar?” ucap Arin pada neneknya dengan volume suara yang agak dibesarkan, mungkin karena pendengaran neneknya yang sudah tua. Arin menghampirinya dan mencium tangan nenenknya. Aku pun mengikuti.
“Baiiik.” jawabnya singkat.
Lalu Arin duduk di samping nenek. Aku pun ikut duduk di sofa satunya lagi.
“Jadi dia berhenti di pagar depan rumah?” ucap sang nenek. Lalu Arin mengintip ke arah luar melalui jendela yang ada di belakang tempat ia duduk.
“Ah! Benar.” ujar Arin.
Nenek melihat ke arahku. Aku balas dengan senyuman.
“Kalung itu.” kata nenek.
“Ah itu. Aku meminjamkannya. Tapi aneh, kalung itu gak berfungsi mengusir mereka, Nek.” jelas Arin.
“Mantra di kalung itu sudah rusak, seperti saat berpindah kepemilikan. Mantranya menolak pemilik yang baru.” jelas sang nenek.
“Oh begitu rupanya.” ucapku singkat.
“Tapi kenapa bisa begitu, Nek?” tanya Arin.
“Setiap benda bermantra memiliki pikarannya sendiri.” ucap nenek. “Kalau begitu kalian pulang sajalah. Tidak ada yang bisa nenek lakukan jika jin nya tidak mau masuk ke dalam. Sia-sia botol bermantra yang nenek sudah siapkan.”
“Oh, nenek sudah menyiapkan botol untuk mengurung mereka.” ucap Arin.
“Oh! Jadi hal seperti itu benar-benar bisa di lakukan? Aku pikir hanya di film-film saja.” ucap ku
“Hahaha teman kau ini lucu Rin.” ujar nenek sambil tertawa kecil. “Kalau begini, biar nanti nenek yang datang ke rumah mu.” ucapnya padaku.
“Jadi sampai kapan kau akan terus mengikuti perempuan itu?!” ujar Soyu. Mereka bercengkrama saat menunggu ku keluar dari rumah sang nenek.
“Sampai ia yang mau mengikuti ku.” jawab Riyong. “Aku akan membuatnya menyukai ku dan pada akhirnya aku akan membawanya ke dunia kita.”
“Kau tau jika melakukan hal itu kau akan mendapat hukuman. Kau bisa dikutuk menjadi setan selama 100 tahun. Kau tau itu.” jelas Soyu.
“Kalau begitu jangan biarkan ada yang mengetahuinya selain kau dan aku.” jawabnya.
“Hufft. Lelah aku menasehatimu. Dengar, selama ribuan tahun tidak ada kaum jin yang melanggar hukum itu, tidak ada yang membawa bangsa manusia ke dunia jin dan merubahnya menjadi jin. Jadi kemungkinan kau bisa membawa dan merubah perempuan itu, sangat amat kecil.” jelas Soyu lagi.
“Aku bisa. Lihat saja, ini akan jadi sejarah di dunia jin. Haha.” ucap Riyong. “Terima kasih sudah menasehati ku sepanjang aku mengikuti Duma. Aku tahu kau sahabat ku, tapi aku tidak akan merubah niatku.”
“Riyong. Dengarkan aku, sebagai sahabat aku mohon padamu untuk memikirkan lagi niatmu itu.”
“Dengar. Soyu, selama jutaan tahun aku ada di bumi ini, baru dia lah yang dapat membuat hatiku berdebar kencang. Aku tidak ingin jauh darinya.”
Keesokan harinya, di kamar, aku baru saja bangun tidur. Ini sangat siang, maklum masih dalam suasana liburan, jadi bangun siang tidak ada salahnya. Aku mandi, rapi-rapi dan juga merapikan kamar. Lalu saat aku merapikan tempat tidur ku, aku merasa ada yang memperhatikan ku dari belakang. Aku menoleh. Benar, mahluk itu mewujudkan dirinya di hadapan ku. Di pojok kamar ia berdiri tegap sambil tersenyum kecil.
“Ak. Siapa kamu?” ucap ku gugup karena kaget.
Mahluk itu hanya diam dan tetap tersenyum ke arah ku.
“Jawab! Kamu siapa?!” ucapku lagi sambil sedikit teriak. Lalu tiba-tib angin besar masuk dari jendela kamarku, gorden kamarku melambai-lambai tinggi. Pintu kamarku tertutup terhempas keras. ‘Brak’ suara pintu tertutup mengagetkanku.
Aku menoleh ke arah pintu yang ada di belakang ku. Aku takut. Lalu aku kembali menoleh ke depan. Dan mahluk bermata hijau dan berjubah hijau itu sudah menghilang.
Siang ini aku mengunjungi rumah Nana hanya untuk bermain mengisi waktu liburan, sekalian juga menghilangkan rasa shock ku tentang kejadian di kamar tadi. Selama bermain dengan Nana aku tidak menceritakan apapun tentang jin itu. Aku tidak ingin membahasnya, itu hanya membuatku semakin takut.
Sebelum matahari tenggelam aku sudah pamit dari rumah Nana. Dan berjalan pulang menuju rumah. Rumah ku dan Rumah Nana tidak begitu jauh, mungkin hanya berjarak sekitar 200 meter. Jadi aku biasa berjalan kaki jika pulang dari rumahnya atau pun saat menuju rumahnya.
Mungkin benar yang dikatakan Arin. Indera keenam ku mulai sedikit peka karena selalu dibuntuti oleh dua mahluk halus. Di perjalanan pulang aku merasa ada yang mengikuti langkahku. Aku berhenti melangkah dan menoleh. Benar saja mahluk itu muncul lagi. suasana jalanan sebenarnya ramai, tapi aku rasa hanya aku seorang yang dapat melihat sosoknya. Nafas ku tertahan. Aku kaget. Tapi kali ini tidak seterkejut seperti saat di kamar tadi. Wajahnya tersenyum. Senyum yang sama seperti saat ia muncul di kamar. Tapi lalu ia menghilang lagi, hanya sekelebat mata ia muncul. Aku merasa ia ingin membiasakan diriku dengan keberadaannya di sekeliling ku, maka itu ia melakukan hal semacam ini padaku.
Suara petir membangunkan tidurku. Aku membuka mata. Nampaknya di luar sedang hujan deras. Nenek Arin bilang kalau dia dan Arin akan ke rumah ku hari rabu, itu masih lusa. Tapi kenapa meraka berdua ada di kamarku? Aku menatap mereka bingung. Pintu kamar ku terbuka. Ayah dan Ibu juga ada di kamar, di ambang pintu. Aku bangkit dan duduk. Aku bingung. Aku melihat ke sekeliling kamarku.
“Ada apa?” tanya ku.
Ibu berlari kecil ke arah ku dan memeluk ku. “Syukurlah nak” ucapnya.
“Ada apa, Bu?” tanya ku lagi.
“Nenek ku punya firasat kau akan dibawa oleh jin itu malam ini. Jadi kami buru-buru ke sini dan benar saja.” jelas Arin.
“Huh?” responku.
“Tapi kamu gak usah khawatir, nenek sudah mengurung jin yang ingin memawa arwah mu.” jelasnya lagi
“Ibu tadi sangat takut, Duma. Kedua jin itu memunculkan wujudnya kepada kami semua. Dan mereka mencoba lari dari neneknya Arin. Ibu sangat takut melihatnya.”
“Tenang, Bu. Sekarang sudah tidak apa-apa.” ucap sang nenek.
“Huuuh.” aku menghela nafas tanda lega. “Baguslah kalau begitu. Terima kasuh, Nek.”
Dan begitulah, akhirnya aku bisa menjalani hari-hariku dengan normal lagi tanpa diikuti siapa pun. Mungkin aku tidak akan pernah kemping di gunung lagi. Secara tidak langsung kejadian ini membuat trauma tersendiri untuk ku.
Libur semester segera berakhir. Hari ini, akhir pekan terakhir sebelum di mulai lagi perkuliahan ku. Aku, Nana dan Siel janjian bermian sepeda pagi ini mengitari monas. Kami bertiga asik menggoes sepeda sewaan, pagi masih gelap, udara dingin khas subuh membelai kulit ku. Lalu tiba-tiba aku melihat sosok jin mata hijau berjubah hijau itu lagi di pinggir taman yang kami lewati saat bersepeda. Ia menatapku dalam sambil tersenyum. Aku balas menatapnya. Setengah bingung dan setengah takut.
Dan belakangan baru ku ketahui kalau Neneknya Arin hanya mengurung Soyu, bukannya Riyong. karena Nenek Arin mengira Soyu lah jin yang berniat jahat padaku, bukan Riyong. Neneknya Arin bilang kalau ia melihat jin berjubah putih lah yang menarik arwah ku saat aku tidur. Padahal sebenarnya yang terjadi adalah saat Riyong menarik arwah ku dan berniat membawa arwah ku ke negeri jin, Soyu menghalanginya dengan merebut arwah ku dari genggaman Riyong dan berniat mengemabalikannya ke tubuh ku. Tapi saat Soyu ingin mengembalikan arwah ku, saat itulah Arin dan Neneknya datang ke kamar ku, dan mengira Soyu lah yang berniat jahat padaku. Riyong memang muncul di kamar ku sebentar, awalnya dengan niat mengambil arwahku kembali tapi karena perlawanan dari Neneknya Arin cukup kuat, sehingga Riyong cepat-cepat melarikan diri. Dan Soyu lah yang terkurung di dalam botol. Dan sekarang, Riyong terus hadir dalam hari-hari ku. Aku tidak tahu sampai kapan. Mungkin selamanya, atau mungkin juga sampai ia berhasil mengajaku ku ke dunia nya.
                                              {Selesai}

Jin Jubah Hijau {Part 2}


Genre : Horror

Lalu dengan gerakan cepat Riyong melompat tinggi dan terbang ke arah ku. Dengan sigap Soju mengikutinya dan menarik tangannya. Akhirnya mereka berdua jatuh di belakang ku. Aku dan teman-temanku yang lain tidak mengetahui ini, kami tidak bisa melihat mereka. Tapi aneh rasanya aku bisa bercerita seperti ini padahal aku tidak bisa melihat mereka. Ini semua atas cerita Arin, yang belakangan baru menceritakannya kepada ku. Arin memang memiliki kelebihan yang unik di banding manusia lainnya. Ia dapat melihat mahluk yang berbeda dimensi dengan manusia. Seperti setan, termasuk jin.
“Bangsa kita memiliki aturan tentang ini kan. Kamu lupa?” ucap Soju.
“Aku akan membawanya ke dunia jin.” ucap Riyong.
“Janganlah ikut campur dalam urusan bangsa manusia.” ucap Soju seraya pergi berjalan meninggalkan tempat itu.
“Yaaa!!” teriak Riyong marah. Lalu angin kecang langsung berhembus, ranting-ranting pohon di hutan bergoyang mengikuti amarah Riyong. Pusaran angin sperti tornado kecil pun terbentuk mengelilingi Riyong. Pusaran angin itu bergerak menuju Soju, Riyong berada di dalam pusaran itu. Pusaran itu mengahantam keras tubuh Soju dan menariknya ke dalam pusaran. Di dalam pusaran itu Soju dan Riyong saling bertatapan, tatapan Riyong penuh amarah.
“Kau. Memangnya aku pernah mencampuri urusan mu?!” teriak Riyong.
Soju yang takut hanya bisa diam.
Angin yang besar tiba-tiba bertiup di saat kami sedang asik bercengkrama di pinggir tebing ditemani sinar matahari pagi yang menyehatkan.
“Aduh, anginnya besar banget.” ucap Dera.
Wajah Arin tampak agak ketakutan.
“Mau balik ke tenda?” tanya ku pada mereka.
“Ma, sebenernya, dari tadi…” ucap Arin ragu.
“Kenapa?” tanya ku.
“Sebernya, dari tadi, ada mahluk halus yang ngikutin kamu.” jelasnya.
“Hah?!” respon ku dan juga semua temanku di situ merespon dengan ucapan yang sama. Kami semua shock.
“Saat kamu muntah tadi, di depan tenda, sebenernya ada sosok pria gaib berjubah hijau yang megang pundak kamu. Terus barusan, angin itu, angin besar itu ulah mahluk berjubah hijau itu. Sepertinya ia jin penunggu gunung ini. Aku rasa dia punya niat buruk ke kamu, Duma.” jelas Arin dengan wajah agak pucat.
Aku terpaku, tubuhku gemetar, tanganku dingin. Aku hanya menatap kosong ke arah Arin setelah ia menceritakannya. Semua teman-temanku memasang wajah bingung, tidak tahu harus berbuat apa.
“Aku mau pulang.” ucap ku dengan pandangan kosong.
“Ini. Pakai ini.” ucap Arin sambil melepaskan kalungnya. “Kalung ini bisa menjauhkan mahluk halus dari yang memakainya. Ini pemberian nenekku yang juga bisa melihat mahluk halus.” lalu ia mengalungkannya di leherku.
“Ya sudah, kalau begitu kita pulang siang ini.” ucap Siel.
Siang ini cuaca cukup bersahabat. Matahari tidak begitu terik tapi tidak juga mendung. Kami berdelapan berjalan menuruni gunung dengan perkiraan akan sampai di bawah sebelum sore. Aku berjalan di depan dengan Nana dan Dera. Siel dan Arin mengikuti di belakang kami. Abdul, Axzien dan Riri ada di paling belakang. Arin menyusul dan berjalan di sampingku, ia memepetkan tubuhnya padaku.
“Ada dua jin pria yang berjalan di belakang mengikutimu.” Bisik Arin.
Aku tertegun. Aku reflek menghentikan langkahku.
“Kamu kenapa, Duma?” tanya Dera.
“Gak apa-apa.” jawabku dan kembali melanjutkan langkahku. Sepanjang perjalanan turun aku hanya diam. Begitu pun Arin yang berjalan di belakangku. Ia hanya terdiam.
Selesai mandi sore, walaupun sekarang sudah malam, juga dengan keramas, badan terasa sangat segar setelah baru pulang dari kemping yang tidak mandi sama sekali. Sepanjang perjalanan pulang aku dan Arin sama sekali tidak bicara, sepatah kata pun. Aku tidak berani melihat wajahnya. Aku takut dia akan memberikan informasi tentang jin itu, terlebih jika informasi itu membuat ku gemetar.
Tapi sedari aku sampai di rumah tadi sore, hingga malam ini sekitar pukul 8, aku masih memikirkan jin itu. Apakah dia masih mengikuti ku? Sampai mana dia mengikuti ku? Kenapa dia mengikuti ku? Ada banyak pertanyaan ku pada Arin, tapi aku takut menannyakannya. Tapi karena penasaranku, aku memberanikan diri menelpon Arin malam ini.
“Arin?” ucap ku.
“Duma.” jawabnya.
“Aku mau tanya sesuatu ke kamu.” ucap ku dan terdiam sejenak meragu. “Jin itu, dia masih mengikuti ku?”
“Tadi aku menelpon nenek ku, dan meminta ia menrawang ke tempat berada. Nenek aku bilang kamu masih diikuti.” jelas Arin.
Benar saja jawaban yang tidak ingin ku dengar baru saja mampir di telingaku. Aku langsung merinding, lalu aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kamar.
“Sebenarnya juga, saat kita turun gunung tadi. Aku melihatnya.” ujar ku.
“Kamu? Melihat? Sosoknya?”
“Um.” jawabku meng-iya-kan.
“Seperti apa?”
“Hstt…” aku menarik nafas dari mulut. “Aku tidak lihat jelas, tapi sepertinya matanya berwarna hijau, hidungnya mancung dan dia berponi. Poninya gaul banget. Mirip poni justin bieber. Dia juga pakai kain warna hijau. Dia berjalan di samping ku, melangkah seiring langkahku. Tapi ketika aku menoleh ke samping, aku tidak melihat apa-apa. Hanya Dera di samping ku.” Jelas ku panjang lebar, dengan mendetail sebisa ingatan ku.
“Iya benar. Itu juga sosok yang aku lihat. Tapi… kenapa kamu bisa melihatnya. Mungkin indera keenam mu yang mulai peka karena selalu diikuti olehnya mungkin juga jin itu sendiri yang membuat dirinya Nampak untuk matamu.” jelasnya.
“Ah begitu rupanya. Barusan saat aku mandi, aku juga merasa ada yang memperhatikan ku. Aku gak tau itu perasaan aku saja atau gimana. Makanya aku cepet-cepet udahan mandinya tadi.” ceritaku.
“Ini gak bisa dibiarin. Ma.” ucapnya. “Nenekkku bilang kamu sebaiknya datang saja ke rumah nenek, dia akan membantu mu mengusir jin itu.”
“Hm. Baiklah. Tapi bicara tentang nenek mu, aku jadi ingat kalung ini. Kenapa jin itu masih tetap bisa mengikuti ku padahal aku sudah mengenakan kalung ini ya?”
“Itu juga yang aku bingungkan.” ujar Arin. “Jadi kapan kamu bisa ke rumah nenek ku? aku akan mengantarmu.”
                                       {Bersambung...}

Jin Jubah Hijau {Part 1}


Genre : Horror

Aku tidak bisa tidur, perut ku lapar. Sekarang jam 2 pagi. Udara di atas pegunungan Everko begitu dingin. Di tenda kecil ini, aku berusaha memejamkan mataku sejak pukul 12 tadi dan sama sekali tidak berhasil. Mungkin memang karena rasa lapar ini. Aku mahasiswi semester 5. Aku sedang berlibur dengan teman-temanku mendaki gunung dalam rangka mengisi liburan semester, melepas penat setelah melewati UAS yang selalu menjadi beban mahasiswa. Jam terus berdenting, perut ku semakin lapar. Bingung harus makan apa di atas gunung tengah malam begini.
Nana, teman kuliah ku yang tidur satu tenda dengan ku, bangkit dari tidur lelapnya. Sangat lelap hingga ia mendengkur. Ia duduk diam dalam gelapnya tenda. Aku yang terbaring dan belum memejamkan mata sedari tadi hanya mengamatinya dengan diam. Lalu Nana membuka retsleting tirai tenda seraya mengarahkan senter ke arah luar.
“Na, ngapain?” tanya ku dengan suara setengah berbisik.
“Hemh?” respon Nana singkat dengan nada seperti orang yang masih setengah tertidur.
“Siapa itu? Nana?” suara pria berteriak dari arah luar.
“Kenapa Na? Tidak bisa tidur?” ujar Dera, salah seorang pria lain lagi dari arah luar. Ternyata teman-teman ku yang pria masih belum tidur dan menyalakan api unggun di luar sambil menikmati kopi hangat.
“Hemh? Tidak.” jawabnya singkat.
“Na, aku lapar.” ucap ku.
“Hemh?” lagi lagi respon singkat Nana. Nampaknya nyawanya belum terkumpul seluruhnya sedari bangun dari tidur tadi.
“Aku mau makan popmie deh. Aku bawa sih.” ucap ku lagi. Jika kali ini Nana hanya merespon dengan kata ‘Hemh?’ aku akan benar-benar menjambak rambutnya, pikirku.
“Ya sudah, makan aja.” ujar Nana. Huh, syukurlah ia ada tanggapan walau hanya tanggapan singkat.
“Tapi aku males masak air panasnya.”
“Itu di luar anak-anak lagi masak air, pada nyeduh kopi.”
“Oh. Ya udah.”
Aku dan Nana pun keluar tenda di tengah udara yang menusuk. Aku menarik jaket ku sehingga erat memeluk tubuhku untuk menghilangkan menggigil yang menyerang ku. Aku dan Nana berjalan menuju api unggun yang di kelilingi empat pria dengan mengarahkan cahaya senter ke mereka.
“Ayo sini ikut ngumpul.” ucap Siel.
“Aku minta air panasnya ya. Mau seduh popmie. Ada yang mau? Aku bawa dua nih?” ucap ku.
“Mau gak kamu tuh, El?” ucap Dera kepada Siel yang duduk tepat di sebelahnya.
“Bilang aja kamu yang mau Ra.” jawab Siel.
“Iya emang aku mau. Aku mau ya, Duma, satu.” ucap Dera sambil tertawa kecil.
Aku pun mulai membuat popmienya. Membuka bungkusnya, menaruh bumbu-bumbunya, juga untuk popmie Dera. Serasa aku istri Dera yang sedang menyiapkan makan untuk suaminya, pikirku. Lalu aku mengambil panci kecil berisi air panas yang di gantung di atas api unggun kecil-kecilan buatan Dera, Siel, Abdul dan Azien. Tapi entah kenapa, aku tersandung dan malah menumpahkan sedikit air panas itu di tanganku.
“Auu” teriak ku. Untung saja aku mengenakan jaket tangan panjang. Tapi air panasnya menyerap masuk ke dalam pori-pori jaket, dan sensasi panas pun pada akhirnya menyengat kulitku juga. Dengan panik, cepat-cepat aku membuka jaket ku.
“Aish gak hati-hati sih” ujar Siel.
Aku hanya mengenakan tanktop karenanya. Tiba-tiba angin dingin berhembus. Bulu kuduk ku berdiri karena dinginnya.
“Nih pake jaket aku aja, Ma.” Siel menawarkan.
Belakangan aku tahu, sesosok pria yang mengenakan kain berwarna hijau tua yang dililitkan sedemikian rupa di tubuhnya, agak mirip seperti memakai kain ihram, sedari tadi ternyata mengamati gerak-gerik ku. Pria itu berdiri di atas ranting pohon pinus yang sangat tinggi yang ada di dekat tempat kami menyalakan api unggun. Entah apa yang membuatnya tak sekali pun melepas pandangan dari ku. Dan saat aku melepaskan jaket ku, dan hanya tinggal mengenakan tanktop hitam, raut matanya berubah, kaget, seakan tebelalak, alisnya sedikt terangkat.
“Dia sangat cantik” ucap pria misterius itu.
“Ah gak usah. Aku pake jaket aku lagi aja, udah gak berasa air panasnya.” jawabku pada Siel.
Selesai makan dan bercengkarama, kami kembali ke tenda masing-masing. Perut sudah kenyang, sekarang aku akan mencoba untuk tidur. Aku melihat jam tangan ku. Menunjukan pukul 3 pagi. Fajar dalam beberapa jam lagi akan segera terbit. Aku ingin melihatnya. Tapi dengan kondisi aku yang belum tidur sama sekali apa mungkin aku bisa.
Mata ku terbuka, udara dingin masih jelas terasa. Aku menengok ke samping dan mendapati Nana sudah tidak di tenda. Sambil mengucek-ucek sebelah mata aku melihat jam tangan ku, pukul 6 pagi. Benar saja, ini sudah terlambat untuk melihat matahari terbit. Aku bangun dari tidur dan duduk. Aku menunduk, rasa lelah dan pegal masih setia di tubuhku. Lalu tiba-tiba perutku terasa mual, aku ingin muntah. Cepat-cepat aku keluar tenda dan … Jackpot!
Lalu aku merasa ada yang mengusap pundak ku dari belakang. Tangannya terasa begitu hangat. Aku menoleh ke belakang, aku pikir itu mungkin Nana atau mungkin Siel. Tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku sedikit menarik napas, bingung dibuatnya. Lalu seakan sihir rasa hangat di pungungku semakin hangat dan menjalar ke seluruh tubuh. Rasanya sangat nyaman.
“Duma?!” Ucap Arin yang baru keluar dari tenda, teman kuliahku juga yang tendanya di sebelah tenda ku, ia terlihat sangat kaget.
“Um. Aku muntah.” Jawab ku singkat.
Arin hanya menatapku, diam, kaget. Bukannya menghampiriku memberi minyak angin atau minum gitu, pikirku. Aku berbalik masuk lagi ke tenda untuk mengambil minum. Dan juga aku meminum obat mual untuk jaga-jaga agar tidak muntah lagi. Sepertinya aku masuk angin karena menahan lapar semalam itu. Sampai akhirnya memakan popmie tapi itu pun tidak menyelamatkan perutku. Aku kembali ke luar tenda, dan Arin masih di tempat tadi. Wajahnya terlihat gelisah.
“Aku udah gak apa-apa kok, Rin. Yang lain kemana?” Ucap ku.
“Oh. Disana.” Jawabnya singkat sambil menunjuk ke arah tebing dekat tempat kami berkemah. Tampatnya sangat indah, dari tebing itu kami bisa meliahat jauh hingga ke bawah, melihat hamparan hutan lebat yang seperti karpet hijau lebar dari atas sini.
Aku menghampiri teman-temanku yang sudah ada di pinggir tebing. Sosok pria berkain hijau itu muncul lagi dan mengikuti langkah ku, tepat di belakang ku, hanya berjarak sekitar 30 cm, tanpa ku ketahui. Tapi lalu langkahnya terhenti. Sesosok pria berpakaian yang sama dengannya hanya saja kainnya berwarna putih, memegang tangannya dan menahan langkahnya.
“Ah. Soju.” ucap pria berkain hijau seraya menoleh ke pria berkain putih.
“Sudahlah. Dia manusia.” ujar Soju kepada Riyong, pria berkain hijau.
“Tapi sepertinya aku jatuh cinta.” jawab Riyong.
“Tapi dunia manusia dan dunia kita berbeda. Kita jin. Dimensi kita berbeda.” jelas Soju yang membuat Riyong terdiam. Raut sedih tergambar di wajahnya yang bisa dikatakan tampan. Riyong menoleh ke arah kerumunan remaja yang sedang tertawa bersama di pinggir tebing. Ia memandangi ku.

                                    {Bersambung...}

Selasa, 02 Juni 2015

Persahabatan Berdarah di Dunia Lain


Genre : Horror
Malam berganti pagi, seperti biasa ibu mengajakku untuk bersih bersih rumah. Setelah itu aku pun segera mandi dan sarapan. Aku pun masuk sekolah jam setengah 7 pagi. Sesampainya aku disana, aku melihat ada seorang anak kelas 1 yang sepertinya belum pernah aku jumpai, entah mengapa kepalanya selalu menunduk.
“de? Ade namanya siapa?” kataku.
“nama saya nia…” kata anak itu.
“looh? Kamu murid baru ya? Habis, aku sudah tahu semua nama anak kelas 1 selain kamu…” kataku lagi. Tetapi, pas aku tanya begitu, dia langsung berlari ke arah ruang kelas yang telah dikosongkan kemarin, aku pun tidak segan segan untuk mengejarnya, tapi saat aku lihat ke dalam kelas kosong tersebut, anak kelas 1 itu sudah tidak ada. Aku pun segera berlari ke kelas karena takut, aku takut anak itu bukan manusia melainkan setan atau jin yang menggangguku.
Aku pun berlari lebih cepat agar tidak ketinggalan baris berbaris. Setelah aku baris berbaris, aku pun masuk ke kelas.
“eh.. Aurell, kok wajahmu tiba tiba pucat?” kata olivia.
“gak kok” kataku singkat. Padahal aku ingin sekali menceritakan apa yang terjadi tadi.
Pagi pun menjelang siang, istirahat pun dimulai, aku penasaran dengan kelas kosong itu, jadi aku pun tergoda untuk masuk ke dalam kelas kosong itu lagi, aku juga mengajak temanku olivia untuk menemaniku di kelas kosong itu, tiba tiba wussss ada bayangan hitam masuk ke dalam mulutku, aku pun tidak dapat mengingat apa apa, aku berteriak, “aku nia, aku sudah mati ahahahahaha!!!” kataku mengelegar. Temanku olivia pun memanggil teman teman yang lainnya, antara lain tanaya, syahra, rifan, salman, riza, kamila, kalisa, sekar, dzaki dan zahra.
Riza dan syahra mengikat tanganku dengan tali rafia, olivia membaca ayat ayat kursi, salman dan kalisa membaca surat surat pendek, rifan melakukan pengusiran, rifan memang ahlinya dalam mengurus hal seperti ini. Yang lainnya menahan tangan, kaki dan memborgol tali rafia tersebut
“aku merasa ada di dunia yang berbeda, semuanya berwarna putih… Tak ada jalan keluar…” kataku lagi, setelah berjam jam berlari, aku pun mmenemukan jalan pintasnya, wuuuusss… Bayangan hitam itu pun keluar dari mulutku, rifan pun menangkapnya dan membakarnya.
Hari pun berlalu… Aku pun segera pulang ke rumah, tapi hal ini belum diselesaikan… Ternyata aku baru tahu bahwa nia itu sahabatku di dunia lain…
                                                             {Selesai}

Senin, 01 Juni 2015

Pacarku si raja gombal { Part 3}


Genre : Romance        

Keesokan harinya,Renal melihat Nicholas sedang berduaan dengan cewek lain.Hal itu membuat Renal menjadi terkejut.Padahal kan si Nicholas sudah pacaran sama Amel,tapi kok dia malah berduaan sama cewek lain.Kemudian Renal langsung memberitahu kejadian tersebut kepada Amel.
“Eh Amel...kamu sekarang udah jadi pacarnya Nicholas kan?”.Kata Renal.
“Iya,aku emang pernah jadi pacarnya dia.Tapi itu cuma sehari doang, sekarang mah udah putus”.Kata Amel.
“Hah?putus?emang nya kenapa kok bisa putus?”.Kata Renal sambil terkejut.
“Kemarin aku ngeliat dia lagi jalan sama cewek lain.Setelah aku tanya ke mantan-mantan nya,ternyata dia tuh playboy.Aku juga gak nyangka dia bisa seburuk itu”.Kata Amel sambil meneteskan air mata.
“Yaudah sekarang kamu gak usah nangis,kan masih banyak cowok yang lebih baik dari dia...Kamu harus sabar ya...”.Kata Renal sambil mengelap air mata nya Amel.
“Makasih ya...,kamu udah bikin aku gak sedih lagi.Oh ya nanti malam kita ketemuan yuk di taman yang biasa kita ketemuan.Soalnya ada hal penting yang mau aku omongin sama kamu.”.Kata Amel sambil tersenyum pada Renal.
“Oke,aku pasti datang kok”.Kata Renal sambil membalas senyum nya Amel.
          Kemudian pada saat pulang sekolah,Renal langsung mengambil uang sisa tabungan nya yang ia simpan di dalam lemari baju nya. Ternyata uang itu hanya tersisa Rp.30.000 saja.Setelah itu Renal langsung pergi ke toko jam tangan.Disana banyak sekali macam-macam jam tangan yang sangat bagus.Dan dari sekian banyak jam,ada sebuah jam yang Renal sukai.Jam itu berwarna pink dan di tengan-tengah nya ada gambar menara eiffel.Karena Renal tau kalau Amel itu suka sekali dengan aksesoris bertema menara eiffel,maka Renal langsung menanyakan harga jam itu.
“Pak kalau jam yang gambar menara eiffel itu harga nya berapa ya...?”. Kata Renal sambil menunjuk jam yang ia maksud.
“Oh kalau yang itu mah harga nya Rp.50.000 nak”.Kata penjaga toko tersebut.
“Gak bisa kurang ya pak harganya?”.Kata Renal.
“Memang nya kamu punya uang berapa?”.Kata penjaga toko tersebut.
“Saya cuma punya uang Rp.30.000 doang pak”.Kata Renal.
“Oh yaudah gapapa nak.Nih barangnya....”.Kata penjaga toko itu sambil memberikan jam tersebut.
          Setelah membelikan jam untuk Amel,Renal langsung pulang ke rumahnya karena sebentar lagi ia ada janji ingin ketemuan sama Amel. Maka dari itu Renal harus tampil keren di depan Amel.Setelah semua persiapan dirasa telah siap,Renal kemudian segera pergi ke taman untuk menemui Amel.Sesampainya di taman,ia melihat taman itu masih sepi dan sepertinya Amel belum datang.Setelah menunggu selama kurang lebih 10 menit,akhirnya Amel pun datang dan langsung menghampiri Renal.
“Hay Renal...maaf ya aku agak lama dateng nya”.Kata Amel sambil duduk di samping Renal.
“Iya kok gapapa.Eh aku bawa sesuatu nih buat kamu.Kamu pasti suka deh...”.Kata Renal sambil memberikan jam tangan yang tadi ia beli.
“Wah ini mah bagus banget...Makasih ya...”.Kata Amel.
“Iya sama-sama”.Kata Renal.
“Eh aku mau ngomong nih sama kamu”Kata Amel.
“Yaudah ngomong aja”.Kata Renal.
“Sebelumnya aku mau minta maaf nih,soalnya aku dulu pernah nolak cinta mu.Tapi sekarang aku baru sadar kalau kamu tuh orang yang selama ini aku cari.Ternyata kamu tuh tulus banget cinta sama aku,gak kaya Nicholas yang bisanya cuma mainin hati cewek doang.Sekarang kamu masih mau kan nerima aku buat jadi pacar kamu?”.Kata Amel sambil memandang wajah nya Renal.
“Maaf ya aku gak mau...Gak mau nolak maksudnya....hahahaha....”.Kata Renal sambil tertawa tebahak-bahak.
“Ih kamu mah bisa aja deh bercanda nya...”.Kata Amel sambil ikutan tertawa.
“Ngomong-ngomong kamu bawa pulpen gak?”.Kata Renal.
“Enggak,emang nya buat apa?”.Kata Amel dengan wajah yang bingung.
“Buat nulis nama kamu dihatiku....hehehe...”.Kata Renal sambil tertawa.
“Ih kamu mah gombal mulu deh...”.Kata Amel.
                                                     {Selesai}

Pacarku si raja gombal { Part 2}


Genre : Romance

{1 bulan kemudian....}
          Waktu sudah berjalan selama 1 bulan.Sepertinya sekarang tinggal Renal dan Nicholas saja yang masih berjuang untuk menjadi pacar nya Amel.Mungkin cowok-cowok yang lain udah pada nyerah dan lebih memilih untuk mencari cewek lain.Tapi beda hal nya dengan Renal dan Nicholas.Mereka berdua sampai saat ini masih terus bersaing untuk bisa menjadi pacarnya Amel.Karena sudah cukup lama menunggu,Renal akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan nya kepada Amel.Ia mengajak Amel ketemuan di taman pada malam minggu nanti.
          Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba.Malam ini adalah malam yang sangat menentukan tentang kelanjutan hubungan antara Renal dengan Amel.Selain menyiapkan jurus andalan nya,Renal juga mempersiapkan kado istimewa,yaitu sebuah boneka beruang yang ia beli dengan menggunakan uang tabungannya sendiri.Setelah semuanya telah siap,Renal langsung pergi ke taman dengan membawa sebuah kotak kado yang berisikan boneka beruang kesukaan Amel.Sesampainya disana ia melihat Amel sudah ada dan sedang duduk di bangku. Kemudian Renal langsung memberikan kejutan kepada Amel.Renal langsung menutup matanya Amel dari belakang.Setelah itu,Renal langsung memberikan boneka itu kepada Amel.
“Hay amel...udah lama ya nunggu nya?Nih aku bawain kamu hadiah...”. Kata Renal.
“Hmm...enggak kok,aku juga baru datang.Wah itu kan boneka kesukaan aku...makasih banyak yaaa...”.Kata Amel sambil memeluk Renal.
“Iya sama-sama.Tapi aku mau ngomong sesuatu nih sama kamu.Tapi kamu jawab nya harus jujur ya...”.Kata Renal.
“Iya aku jawabnya jujur kok.Emang nya kamu mau ngomong apa?”. Kata Amel.
“Sebenarnya aku tuh sayang & cinta sama kamu.Bahkan aku rela gak jajan cuma gara-gara uang nya aku tabung buat beliin kado untuk kamu.Kamu mau gak jadi pacar aku untuk selamanya?”.Kata Renal.
“Maaf ya,aku gak bisa nerima kamu jadi pacar aku.Kayaknya kita lebih cocok kalau temenan aja deh.Jadi sekali lagi aku minta maaf ya....”. Kata Amel.
“Iya,gapapa kok aku ngerti.Yaudah ya aku pulang dulu.Bye...”.Kata Renal.
          Kemudian Renal langsung pulang kerumahnya.Selama perjalanan menuju rumahnya,Renal hanya bisa menangis.Ternyata pengorbanan nya selama ini dipandang sebelah mata oleh cewek yang dari dulu ia perjuangkan.Sekarang Renal juga sudah mulai pasrah dan sudah mencoba untuk melupakan Amel dari pikiran nya.Keesokan harinya, saat sedang disekolah Renal melihat Amel sedang suap-suapan makanan dengan Nicholas di kantin sekolahnya.Tapi Renal tak percaya jika Amel pacaran dengan Nicholas.Kemudian Renal menanyakan hal itu kepada temannya amel.Ternyata benar,mereka berdua sudah pacaran sejak tadi pagi.Hal itu membuat Renal makin sakit hati dan makin membuat nya menjadi patah hati.
                                                             {Bersambung...}

Pacarku si raja gombal { Part 1}



Genre : Romance
          
Kisah ini bercerita tentang seorang remaja yang bernama Renal.Ia dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang sering menggombali para cewek-cewek yang ada disekolahnya.Ia juga tidak peduli walaupun cewek itu sudah punya pacar,ia tetap saja menggombalinya.Namun dari sekian banyak wanita yang ia gombali,ada seorang cewek yang menjadi wanita idaman nya.Cewek itu namanya adalah Amel.Tapi untuk bisa menjadi pacarnya Amel,ia harus bersaing dengan para cowok-cowok yang juga ingin menjadi pacarnya Amel.Amel memang cantik dan sangat pintar di berbagai bidang study.Maka dari itu,tak heran bila Amel banyak dikejar-kejar oleh para cowok.Karena banyak sekali cowok yang mengejar-ngejar Amel,maka dari itu Renal pun mengeluarkan jurus andalan nya,yaitu kata-kata gombal.
          Sebelum Renal jatuh cinta pada Amel,ia memang sudah menyiap kan ratusan kata-kata gombal.Kata-kata gombal itu ia dapatkan dari internet yang kemudian ia tulis di buku diary miliknya.Namun dari sekian banyak cowok yang naksir pada Amel,ada seorang cowok yang menjadi saingan terberat bagi Renal.Cowok itu bernama Nicholas. Namun Renal tak mau menyerah begitu saja,ia yakin bisa mengalahkan Nicholas.Walaupun dari segi wajah,memang Nicholas lah yang lebih ganteng dari pada Renal.Namun bila dari segi rayuan gombal,Renal lah yang lebih unggul.Beda hal nya dengan Renal yang hanya mengeluarkan kata-kata gombalnya di depan Amel,Nicholas lebih banyak memberi perhatian dengan cara memberikan Amel coklat dan boneka.Keesokan harinya Renal melihat Amel sedang duduk sendirian di bangku taman. Kemudian Renal langsung menghampiri Amel dan langsung mengeluar kan jurus andalan nya,yaitu rayuan kata-kata gombal.
“Hay Amel...sendirian aja nih...”.Kata Renal sambil duduk disebelah Amel.
“Iya nih...Aku lagi baca novel”.Kata Amel.
“Eh Amel,kamu tuh orangnya serem banget ya...”.Kata Renal.
“Kok kamu ngomongnya gitu sih.Emangnya kamu pikir aku ini setan?!!”.Kata Amel dengan wajah yang cemberut.
“Kamu jangan marah dulu dong.Maksud aku tuh,soalnya kamu udah bikin aku takut kehilanganmu...”.Kata Renal sambil tertawa.
“Ih dasar gombal...!!!”.Kata Amel.
        Kemudian Amel langsung pergi dan meninggalkan Renal sendirian. Tapi itu tak membuat Renal menjadi putus asa untuk mendekati Amel. Keesokan harinya,Renal kembali melihat Amel.Namun kali ini,Amel sedang bersama Nicholas.Hal itu membuat Renal menjadi kesal dan sakit hati.Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa,ia hanya bisa menangis. Kemudian Renal langsung pulang kerumahnya dan ia hanya bisa memandangi wajah cantik nya Amel dari hp miliknya.Namun ia tak mau menyerah,ia yakin semua akan indah pada waktunya.
                                          {Bersambung...}