Genre : Fantasi (fiksi)
Angin menyapa gadis yang sedang duduk menatap bayangan wajahnya di permukaan air danau. Ia termenung tanpa menghiraukan apapun. Duduk termenung di tepi danau, angin menyibak rambut panjangnya. Wajah tirus dengan ekspresi datar menujukkan kesedihannya. Ia terus menatap bayangannya seakan ia sedang berbicara dengan bayangan wajahnya di permukaan air danau.
Angin menyapa gadis yang sedang duduk menatap bayangan wajahnya di permukaan air danau. Ia termenung tanpa menghiraukan apapun. Duduk termenung di tepi danau, angin menyibak rambut panjangnya. Wajah tirus dengan ekspresi datar menujukkan kesedihannya. Ia terus menatap bayangannya seakan ia sedang berbicara dengan bayangan wajahnya di permukaan air danau.
Gadis yang menatap bayangan wajahnya tampak
terkejut, ia menyadari bahwa bayangannya benar–benar sedang berbicara padanya.
Bayangannya tersenyum dan membenarkan keterkejutan gadis itu. Bayangan itu
bertanya padanya apakah ia ingin menjadi orang yang dapat memberi manfaat untuk
orang lain. Gadis itu menjawab “Tentu saja.” Bayangan itu dapat mengetahui
perasaan gadis itu, perasaan yang tidak dibutuhkan dan perasaan yang selalu
merasa diremehkan. Keinginan gadis itu sangat tulus, ia ingin menjadi seseorang
yang dapat dibutuhkan oleh orang lain dan dapat diandalkan.
Bayangan gadis itu memintanya melihat ke atas
langit, ia melihat awan yang memperlihatkan sekumpulan orang–orang yang
berseragam putih, wajah mereka tampak bersinar, memancarkan sebuah kebaikan
pada diri mereka. Gadis itu tersenyum memandang sekumpulan orang–orang yang
berseragam putih tersebut.
“Bagaimana pendapatmu, apa kau ingin berada di
antara mereka?” Sang bayangan bertanya.
“Siapa orang–orang yang berseragam putih itu? Ketika aku melihatnya, hatiku
merasa damai sekali.”
“Mereka adalah orang–orang yang terpilih untuk melakukan kebaikan.” Jawab bayangannya. “Dan kau salah satu dari mereka, sebelum kau diangakat ke langit bergabung dengan mereka. Ada satu syarat yang harus dipenuhi, lakukanlah tiga kebaikan dalam waktu tiga hari. Setelah itu kembalilah ke danau ini.” Mendengar ucapan sang bayangan, Iqlima nama gadis itu tersenyum dengan perasaan yang masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.
“Mereka adalah orang–orang yang terpilih untuk melakukan kebaikan.” Jawab bayangannya. “Dan kau salah satu dari mereka, sebelum kau diangakat ke langit bergabung dengan mereka. Ada satu syarat yang harus dipenuhi, lakukanlah tiga kebaikan dalam waktu tiga hari. Setelah itu kembalilah ke danau ini.” Mendengar ucapan sang bayangan, Iqlima nama gadis itu tersenyum dengan perasaan yang masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.
Ia senang sekali dan menyetujui syarat yang
dikatakan sang bayangan.
“Satu lagi pertanyaanku, apa itu seperti sekolah
kebaikan?” Tanyanya dan sang bayangan mengangguk.
“Benar, bisa dibilang seperti itu. Hanya seseorang yang memiliki niat yang baik berhak mendapatkan kesempatan ini. Apa sudah jelas? Sekarang kau pulanglah, persiapkan dirimu dan beritahu pada orangtuamu.”
“Benar, bisa dibilang seperti itu. Hanya seseorang yang memiliki niat yang baik berhak mendapatkan kesempatan ini. Apa sudah jelas? Sekarang kau pulanglah, persiapkan dirimu dan beritahu pada orangtuamu.”
Gadis itu merasa sudah paham. Ia pun bergegas pulang
dengan perasaan bahagia. Bayangan itu pun menghilang tepat saat gadis itu
berlalu pergi.
—
Iqlima memulai tugas pertama dan keduanya dengan
sempurna, tinggal satu tugas lagi yang harus ia lakukan hari ini. Ia berniat
keluar rumah mengelilingi kompleks rumahnya hanya sekedar mencari udara segar sekaligus
mencari target kebaikannya.
Seorang wanita berumur empat puluh tahun dengan
fisik yang masih tegap menghampiri Iqlima. Ia mendekati putrinya yang tengah
mengarahkan pandanganya keluar rumah.
“Kau benar–benar sudah yakin dengan keputusanmu iq?”
Tanya Ibunya dengan lembut.
“Tentu saja bu, ini keinginan terbesarku, aku senang sekali bisa memberi manfaat untuk orang lain. Ini adalah kesempatan dan misi yang harus aku lakukan.” Jawabnya menyakini Ibunya bahwa keputusannya adalah keputusan yang tepat. “Ibu jangan mengkhawatirkan aku, aku akan baik–baik saja. Doakan saja aku ya bu.” Ucap Iqlima memeluk Ibunya.
“Tentu saja bu, ini keinginan terbesarku, aku senang sekali bisa memberi manfaat untuk orang lain. Ini adalah kesempatan dan misi yang harus aku lakukan.” Jawabnya menyakini Ibunya bahwa keputusannya adalah keputusan yang tepat. “Ibu jangan mengkhawatirkan aku, aku akan baik–baik saja. Doakan saja aku ya bu.” Ucap Iqlima memeluk Ibunya.
Seketika bayangan wajahnya muncul pada kaca jendela
rumahnya.
“Pergilah ke danau, ketiga tugasmu sudah kau
laksanakan dengan sempurna.” Ujar bayangannya lalu menghilang.
Iqlima belum sempat menanyakan sesuatu pada bayangan
itu. Ia tidak mengerti bagaimana bisa ketiga tugasnya sudah terlaksanakan
dengan baik sementara ia merasa tidak melakukan kebaikan apa pun hari ini.
“Ada apa, kau terlihat seperti orang yang
kebingungan?” Tanya Ibunya melepaskan pelukan lalu memperhatikan raut wajah
anaknya yang kebingungan.
“Ibu, sudah saatnya aku pergi. Jaga diri Ibu baik–baik. Aku pasti akan kembali, secepatnya bu.” Ujar Iqlima memeluk Ibunya dengan erat dan bergegas mengambil ranselnya di dalam kamarnya.
“Ibu, sudah saatnya aku pergi. Jaga diri Ibu baik–baik. Aku pasti akan kembali, secepatnya bu.” Ujar Iqlima memeluk Ibunya dengan erat dan bergegas mengambil ranselnya di dalam kamarnya.
Ibunya terlihat sedih. Ia ingin sekali mencoba
menahan anaknya agar tidak pergi. Saat Iqlima menyalami tangannya, ia menangis
lalu memeluk anaknya dengan erat. “Jaga dirimu baik–baik iq, Ibu akan selalu
mendoakanmu.” Ucap Ibunya melepaskan kepergian anaknya.
Iqlima terus berjalan dengan perasaan sedih yang ia
sembunyikan dari Ibunya, ia tidak ingin Ibunya melihatnya menangis yang akan
membuat Ibunya bertambah sedih. Ia berusaha memantapkan hatinya bahwa yang ia
lakukan adalah tindakan yang mulia, menjadi agen kebaikan. Ia akan dilatih dan
didik di sekolah kebaikan di langit.
Langkah kaki yang membawa niat mulianya berhenti
tepat di mana ia mendapat tugas khusus. Ia mendekati air danau lalu melihat ke
permukaan air tersebut. Gadis bernama Iqlima itu menatap bayangannya, seolah
menanyakan apa yang harus ia lakukan. Bayangan itu meminta Iqlima melihat ke
atas langit, ia melihat awan yang membentuk sebuah tangga menuju langit. Hal
ini membuatnya mencoba untuk menyadarkan dirinya, apakah ini nyata atau hanya
mimpi?. Iqlima menampar wajah dan mencubit tangannya. Ternyata benar sesuatu
yang terjadi padanya ini adalah nyata bukan mimpi.
“Naiklah.” Pinta bayangannya.
“Baiklah, tapi aku ingin menanyakan satu hal. Sebenarnya kebaikan apa yang telah aku lakukan pada tugas terkhirku ini?” Tanyanya.
“Ketulusan dan cinta yang kau berikan pada Ibumu, itu adalah kebaikan” Ucap bayangan itu tersenyum. “Di atas sana akan ada seseorang yang menyambutmu, dialah pembimbingmu selama kau berada di sekolah kebaikan. Luluslah dengan cepat dan segera kembali ke keluargamu.”
“Tentu saja, sampai jumpa. Aku harap bisa bertemu denganmu, bayangan wajahku.” Ujar Iqlima mulai melangkah menaiki tangga itu.
“Baiklah, tapi aku ingin menanyakan satu hal. Sebenarnya kebaikan apa yang telah aku lakukan pada tugas terkhirku ini?” Tanyanya.
“Ketulusan dan cinta yang kau berikan pada Ibumu, itu adalah kebaikan” Ucap bayangan itu tersenyum. “Di atas sana akan ada seseorang yang menyambutmu, dialah pembimbingmu selama kau berada di sekolah kebaikan. Luluslah dengan cepat dan segera kembali ke keluargamu.”
“Tentu saja, sampai jumpa. Aku harap bisa bertemu denganmu, bayangan wajahku.” Ujar Iqlima mulai melangkah menaiki tangga itu.
Iqlima menatap bayangannya dengan tersenyum lalu
melangkah menaiki tangga awan itu. Ia menatap lurus ke atas langit dan berusaha
tidak melihat ke bawah. Ada perasaan sedih dan bahagia di dalam dirinya. Ia
sedih karena harus meninggalkan Ayah dan Ibunya tapi ia juga bahagia karena ia
akan bergabung dengan teman–teman baru yang akan mengajarkannya banyak
kebaikan, ini adalah kesempatan untuknya bisa berguna untuk orang lain dengan
belajar di sekolah kebaikan. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan segera
kembali kepada orangtuanya setelah mendapatkan ilmu kebaikan.
{Selesai}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar