Aku punya teman yang
bisa melihat jin atau makhluk gaib. Dia sering membicarakan hal ini dengan
teman dia yang lain. Mulanya aku tak percaya dengannya ku kira dia hanya
membual dan bercerita fiksi untuk meramaikan suasana. Hingga pada akhirnya aku
mulai percaya, alasannya karena ia bercerita tentang hal itu begitu meyakinkan.
Pada suatu hari, aku
berbicara kepadanya untuk membuktikan bahwa cerita yang dia ceritakan tentang
jin atau makhluk gaib itu sungguhan. Tentu saja ia tidak mau langsung
membuktikan bahwa itu nyata. Dia bercerita sebab akibat jika nanti bisa melihat
makhluk gaib. Dia juga menceritakan pengalaman dia ketika melawan jin Ifrit,
disandera jin, berjalan tanpa raga, dan lain-lain. Dari segi cerita, itu seru
juga, tapi dia mengingatkan, “Jika nanti kau melihat ‘mereka’, kau akan kaget
dan mungkin bisa kerasukan.”
Aku berpikir ulang
untuk meyakinkan bahwa cerita dia itu sungguhan. Tapi karena rasa penasaranku
sudah memuncak, aku pun setuju dan menanggung segala akibatnya. Dia tidak mau
menunjukkan langsung kepadaku secara cepat, mula-mula aku disuruh untuk
merasakan kehadiran mereka. Dia menyuruhku untuk membaca surat Al-Fatihah,
An-Nas dan Al-Ikhlas. Selain itu, dia juga menyuruhku untuk fokus dan
memejamkan mata dan tarik napas dan keluarkan sebelum dimulai. Setelah aku
membaca ketiga surat itu secara berulang-ulang, aku mulai merasakan dingin di
sekitar tangan dan kakiku. Aku menggigil kemudian dia menyuruhku untuk membuka
mata.
Dia bertanya kepadaku
“bagaimana rasanya?” Aku hanya menjawab.
“luar biasa, mereka itu
ada.” Dia bertanya lagi kepadaku.
“apa kau mau melihat
‘mereka’?” kemudian aku menjawab dengan yakin.
“Mau.”
Dia menyuruhku untuk
melakukan hal yang ‘tadi’ setelah ia beri tanda, maka barulah membuka mata.
Setelah aku melakukan hal-hal yang ‘tadi’ aku lakukan, akhirnya ia memberi
tanda kepadaku lalu dengan cepat aku membuka mata. Dia bertanya kepadaku.
“apa kau melihatnya?”
Dengan kecewa aku menjawab.
“tidak sama sekali.”
Dia juga bingung kenapa aku tidak melihat jin atau makhluk gaib di ruangan ini.
Aku diberitahu dia bahwa ada 4 jin di ruangan yang sedang kami tempati.
Dia berpikir sejenak
dan akhirnya ia mendapat ide.
“Nah aku tahu,
bagaimana kalau kamu aku perlihatkan temanku dari sebangsa mereka?” Aku terjekut
dan bertanya.
“Apa? Kamu punya teman
dari sebangsa jin?” Dia menjawab dengan sangat santai.
“Punya. Sekarang itu
sekitar 45 jin yang menjadi teman aku.” Aku diam seribu bahasa karena begitu
terkejut.
Beberapa saat kemudian,
dia menyuruhku untuk melihat ke arah sofa pada satu titik. Aku berusaha
terus-menerus tapi sama saja. Dia menyemangatiku untuk bisa melihat makhluk
gaib temannya itu. Aku tidak akan menyerah untuk melihat makhluk gaib. Hingga
pada akhirnya aku melihat sofa di depanku itu semakin samar-samar dan tidak
terlihat. Aku terkejut dan terus memfokuskan pandanganku pada satu titik. Akan
tetapi kefokusanku itu sudah memudar hingga akhirnya aku menyerah dan dalam
pandanganku, sofa itu kembali lagi.
Dia bertanya kepadaku.
“Apa yang kau lihat?” Aku
menjawab.
“Tadi aku melihat sofa
itu tampak seperti hilang. Tapi sebelum sofa itu tampak seperti hilang, sofa
itu mengeluarkan cahaya terang.” Dia sangat senang akhirnya aku bisa melihat
‘teman’ dia itu.
“Tapi tadi aku menyuruh
dia untuk tidak menampakkan dirinya secara utuh.”
“Oh jadi begitu.”
Dia mengajakku untuk
pulang bersama. Setelah kejadian tadi, tubuhku terasa lemas dan kepalaku terasa
pusing. Dia menyampaikan hal kepadaku.
“Syarif, kenapa kamu?
Pandangan matamu tajam sekali. Jika nanti kamu sampai rumah bisa melihat
mereka, beritahu aku.”
“Perasaan aku melihat
dia seperti biasanya, tapi kenapa dia berkata bahwa pandanganku kepada dia itu
tajam sekali sampai-sampai membuat dia berkata begitu.” Dalam hatiku berkata.
Beberapa kemudian, aku
menemui dia lagi untuk mempelajari ‘Cara melihat makhluk gaib’. Seperti biasa,
sebelum memulai dia memperingatkanku lagi.
“Apa kamu tidak melihat
mereka di rumahmu? Jangan takut atau nanti kamu akan trauma berat.” Dengan
sedikit berdebar aku menjawab.
“Tidak. Doakan saja aku
tidak takut dengan mereka oke.”
Aku meminta kepada dia
untuk mulai melihat mereka lagi karena rasa penasaranku belum terjawab tuntas
dengan segala rupa bentuk mereka. Sebelum mulai dia memberikan sugesti “Jangan
takut! Mereka itu hanya jin yang tingkatnya lebih rendah dari kita, manusia.
Anggap saja dirimu itu lebih kuat dari mereka.” Aku hanya mengganggukkan
kepalaku. Dia menyuruhku untuk membaca serangkai surat Al-Fatihah, An-Nas, dan
Al-Ikhlas sambil memejamkan mata. Setelah selesai, dia menyuruhku melihat ke
arah atap sambil meyakinkan bahwa ada sesuatu di sana. Aku melihat atap itu dan
beberapa menit kemudian, atap itu tampak bercahaya lalu kemudian redup lagi,
terus-menerus seperti itu hingga akhirnya aku menyerah.
Dia menyampaikan hal
yang lebih mudah untuk melihat jin atau makhluk gaib. Dia membawaku ke tangga,
dia akan menyampaikan cara untuk melihat mereka. Di sela-sela penyampaian dia
itu, aku merasa seperti ada yang menyentuh punggungku.
Dia berkata, “Iya itu
mereka. Mereka mengajakmu untuk bermain.” Entah apa maksud dia itu aku hanya
melamun sambil melihat dia.
Setelah itu, dia
berusaha membuka mata batin milikku. Entah dengan cara apa dia membukanya. Aku
disuruh memejamkan mata dan dia mulai melakukan cara untuk membuka mata batin
milikku. Beberapa saat kemudian, dia menyuruhku untuk membuka mata dan kembali
menatap atap yang tadi kembali. Aku tidak merasakan hal yang berbeda, tampak
sama saja. Dia bete karena aku tidak bisa melihat mereka. Dia mengajakku untuk
pulang. Tapi sebelum pulang dia menyampaikan beberapa hal kepadaku.
“Sesungguhnya mereka
itu juga ciptaan Tuhan sehingga kamu juga tidak boleh menghina atau bahkan
memperbudak mereka untuk kepentingan pribadi.”
Mulai saat itu, aku
tertarik dengan mereka dan rasa penasaranku belum terjawab sampai kini.
{Selesai}

Tidak ada komentar:
Posting Komentar