Aku tersenyum melihat laki-laki yang baru saja
pulang dari sekolahnya, yang kini sedang memasuki lorong teras rumahnya. Rumah
laki-laki itu berada di seberang rumahku. Aku masih asyik memandangi punggung
laki-laki tampan itu dari depan pintu rumahku, tak ku sangka sebelumnya, dia
pun berbalik dan memberikan senyuman manisnya kepadaku. Suhu kaku pun
menghampiri badanku. Aku yang tiba-tiba kikuk langsung berlari masuk ke dalam
rumah.
“Oh, senyuman yang indah.” Gumamku di dalam kamar.
Aku langsung membaringkan tubuhku di pulau kapuk
kesayanganku. Dari kejauhan ku tatap selembar foto laki-laki kecil yang
menggunakan seragam Sekolah Dasar yang telah terpampang di meja belajar yang
berada di depan kaca jendela kamar. Foto itu telah dihias rapi dengan bingkai
hitam yang cukup manis dilihat oleh mata.
“Oh, Deni.” Anganku pun melayang. ‘Derrrr, derrrrr.’
Alunan getaran itu menyadarkanku, bahwa aku sedang melamun. Ku sentuh
touchscreen handphone-ku dan ku baca message dari nomor yang tak ku kenal.
“Nomor misterius ini menyuruhku untuk ke depan pintu
rumah? Untuk apa lagi sih?” ucapku sewot. Dengan penasaran aku pun mengikuti
perintah dari pesan itu.
Kali ini di depan rumahku terdapat sepucuk surat
berwarna pink yang unyu-unyu tergeletak di lantai teras rumahku.
“Surat? Lagi-lagi surat misterius.” Gumamku santai.
Ku bawa surat itu masuk ke dalam rumah. Ini adalah kali keempat kalinya aku
mendapatkan hadiah yang misterius. Ku tak membaca surat itu. Aku hanya
meletakkan sepucuk surat itu di samping hadih-hadiah misterius yang lainnya.
“Wishh, kayaknya ada hadiah baru nih, Mell.” Celetuk
Kak Putri yang melihat benda baru di atas meja belajarku, ‘Surat pink’ yang
tadi sempat ku temui di depan teras rumah.
“Kira-kira menurutmu siapa nih yang ngirim
hadiah-hadiah misterius ini?” Goda Kak Putri.
“entahlah Kak, mungkin sang penggemar rahasiaku yang
tak berani bertemu denganku. Hehe.” ucapku bangga.
“Hahaha, maybe yes, Dek.” Tangan Kak Putri melayang
di Surat Pink itu. “Kak baca ya?” Pintanya. Aku hanya mengangguk sedikit.
Kami hanya tinggal berdua di dalam rumah yang cukup
megah ini. Orangtua kami sudah tak ada. Gara-gara kecelakaan 2 tahun silam itu,
kedua orangtuaku tak akan bisa balik lagi di dalam keluarga kecil kami. Sungguh
sedihnya saat aku tahu kedua orangtuaku meninggalkanku dan Kak Putri untuk
selama-lamanya. Di saat itu aku baru duduk di Sekolah Menengah Atas, dan Kak
Putri sudah Kuliah sambil melanjutkan pekerjaan Papa di kantor.
“Mell, menurut Kakak yah, yang mengirim hadiah ini
si Bagas anak Pak Satpam Kompleks kita, deh.” Ucap Kak Putri yang mulai sok
tahu.
“Maybe.” jawabku cuek.
Kak Putri pun ke luar kamarku dan meninggalkanku
sendirian di kamar. Kemungkinan Kak Putri ingin beristirahat di kamarnya.
“Seandainya yang ngirim hadiah ini adalah Deni.”
Harapku.
Malam semakin larut, aku pun terlelap dalam tidurku.
Aku terpaku saat melihat benda yang tergeletak manis
di teras rumahku. Kali ini adalah boneka beruang yang kecil dan sepucuk surat
berwarna hijau. Aku penasaran dengan isi surat itu, kali ini sengaja ku baca
isi surat aneh itu.
“Sudah ku duga! Isinya hanya gombalan kacangan dari
orang yang tak mempunyai nama.” ucapku cuek.
Ku dongkakkan kepalaku ke hadapan pintu rumah laki-laki
yang ku kagumi. Sampai detik ini aku masih tak tahu siapa nama laki-laki
tersebut. Dia terlalu pendiam. Orang yang ku tunggu pun ke luar dari
kediamannya. Dia pun mengeluarkan sepeda motornya dari dalam bagasi rumah, dan
melaju dengan kecepatan sedang ke arah jalanan sekolahnya berada.
“Oh god! Mellani, jadi sekolah gak?” Protes Kak
Putri mengagetkanku.
“Oh iya!” ucapku baru tersadar. Aku langsung
meluncur lari ke kamarku yang berada di lantai 2 untuk sedikit berdandan,
memakai sepatu, dan mengambil tas boneka yang biasa ku pakai untuk sekolah. Kak
Putri ternyata telah stay di dalam mobil, menjadi supir pribadiku. Tanpa
basa-basi Kak Putri langsung berangkat ke sekolahku.
Hari semakin panas. Aku telah bersantai di balkon
depan kamarku sambil ditemani oleh segelas Jus Jeruk yang manis. Di rumah hanya
ada aku sendiri. Siang seperti ini Kak Putri belum pulang dari kantor,
kemungkinan Kak Putri akan pulang nanti sore. Bel rumah tiba-tiba berbunyi.
Menandakan ada seorang tamu yang sedang menunggu pintu rumahku dibuka. Aku
bergegas ingin membuka kan pintu untuk seorang tamu. Pintu telah ku buka,
tetapi tamu yang ku nanti tak ada. Kali ini aku masih tertipu lagi oleh seorang
yang misterius, kini aku mendapatkan bunga mawar dan kertas putih kecil. Ku
ambil kedua benda itu dan ku bawa masuk. Ku baca kertas putih kecil itu, hanya
ada sebuah kalimat, “04.00 Sore.”
“Dasar kertas yang aneh!” Celetukku sedikit kesal.
Karena tak ingin dibawa pusing, aku pun merebahkan badanku dan terlelap untuk
siang ini di atas kasur yang lumayan empuk.
Masih dalam keadaan sendirian di rumah dan mata
masih berkunang-kunang karena baru saja aku bangun dari mimpi di siang hari.
Aku pun beralih ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Lumayan lama menempuh
waktu mandi dan berdandan ria sedikit. Telah siap, aku pun bergegas pergi ke
Taman untuk menghilangkan kesuntukkan di rumah. Tidak begitu jauh Taman yang
ingin ku jumpai sekarang ini.
{Bersambung...}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar