Harry Potter - Golden Snitch Kumpulan Cerpen Menarik: "The Secret Love" Part 2
Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Kamis, 26 Mei 2016

"The Secret Love" Part 2


                                

Sesampainya di taman, aku langsung menempati bangku Taman yang telah disediakan oleh Taman Kota. Tanpa ku sadari tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahu kiriku dari arah belakang. Aku tersontak kaget dan langsung berdiri dan menghadap belakang. Ku pandang mata jernih orang yang memegang pundakku tadi. ‘Oh no, laki-laki itu.’ Bisik batinku. Laki-laki itu pun tersenyum manis ke arahku. Sedangkan aku terpaku dalam keringat dingin yang tiba-tiba ke luar dari pelipisku.

“Mellani, kan?” Sapanya terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya. Ku pandang dengan heran tingkahnya yang satu itu.
“Ternyata dia kenal sama aku.” Bisik batinku lagi.
“Maaf, Mellani, kan?” Ulangnya lagi. Aku mengangguk kecil sambil membalas uluran tangan laki-laki itu.
“Aku Deni.” Ucapnya ragu-ragu tapi pasti. Aku yang mendengar tiba-tiba terperangkap bingung.
“Deni?” Ulangku tak yakin.
“Iya. Aku Deni, teman SD-mu.”

“Kenapa selama kamu jadi tetanggaku, kamu tak pernah bilang kalau kamu itu Deni?” Tanyaku cukup kecewa.
“Aku malu. Takut tiba-tiba kamu tak kenal denganku.” Ucapnya pasrah.
“Asalkan kamu tahu, aku tak pernah melupakanmu. Karena kamu adalah sahabatku di saat SD dan…” Ucapanku terputus.
“Dan apa?” Ulangnya.
“Ya, kamu sahabatku.” Aku pun kembali terduduk. Perasaanku saat ini bahagia dan sedikit kecewa karena aku baru tahu sekarang karena laki-laki yang sering ku lihat itu adalah Deni, sahabat SD-ku dan orang yang selama ini ku tunggu-tunggu.

“Dan asal kamu tahu, aku adalah orang misteriusmu.” Ucapnya cukup pelan, tetapi aku cukup mendengarnya dengan jelas.
“Apa?” Aku mendongkakkan kepala ku ke atas dan melihat mukanya yang cukup pucat pasi karena takut. mungkin. “Jadi yang sering mengirim benda-benda aneh itu kamu?” Tanyaku heran.
“Iya.” Jawabnya pucat.
‘Ya, Tuhan kenapa aku tak menyadarinya?’ Ucap batinku sedih. Aku pun terdiam. Deni merasakan kebisuanku dan duduk di sampingku.

“Kamu marah?” Tanya laki-laki itu pelan. Aku tak menjawab secara langsung.
“Aku tak marah. Aku cukup bahagia, bahkan aku senang. Tetapi aku sedih karena aku baru menyadarinya.” Ucap hati kecilku.
“Tidak. Aku tak marah.” jawabku pasti. Ku berikan senyuman manisku untuk laki-laki yang berada di sampingku kali ini.
“Yakin?” Tanyanya kurang percaya.
“Iya. Yakin!” jawabku mantap.

“Maaf jika kamu terganggu dengan kiriman dariku, itu hanya sebagian kecil dariku untuk mengungkapkan perasaanku.” Ucapnya begitu mantap dan jujur. Aku terpaku oleh ucapannya. Aku benar-benar tak bisa menjawab. “Sekali lagi maaf, Mellani.” Sambungnya.
“Hah? Iya, Den.” jawabku singkat.
“Dan…” Ucapnya terputus.
“Dan apa?” Tanyaku bingung.
“Mau kamu jadi kekasihku?” Ucapnya pelan dan malu-malu.
“Apa?” Tanyaku heran.
“Maaf, kalau aku lancang.” Ucapnya was-was.

Aku bingung ingin menjawab apa. Ucapannya cukup membuatku bimbang. Ku paksakan saja kepalaku mengangguk pelan.
“Ya aku mau.” jawabku malu.
“Hah?” Deni tak percaya. Aku hanya tersenyum. “Akhirnya.” Seru laki-laki itu. Aku hanya malu-malu di hadapannya sambil senyum-senyum aneh.

                                    “Tamat!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar