Harry Potter - Golden Snitch Kumpulan Cerpen Menarik: "Dimana Penyemangat Ku Tuhan?" {Part 2}
Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Selasa, 15 Maret 2016

"Dimana Penyemangat Ku Tuhan?" {Part 2}


                                

“Kau ini tuli atau bagaimana sih?! Aku menanyakan harga Koran ini berapa?!” Kata seorang pria paruh baya kepada Ricky. Ricky masih terdiam dan suara terbata-bata mencoba berbicara pada pria itu. Tapi pria itu langsung pergi tidak menghiraukan Ricky yang sedang mencoba menulis di buku, untuk menjelaskan kepada pria itu. Ketika Ricky hendak menunjukkan tulisan itu kepada pria paruh baya tadi, seorang gadis telah berdiri di hadapannya dan tersenyum manis pada Ricky. “Hai, Kita bertemu lagi.” Kata gadis itu sambil tersenyum. Senyumannya membuat Ricky terpaku. Ia tidak bisa berkata apa-apa ketika gadis yang ia sukai berada tepat di hadapannya lagi. Ricky hanya bisa membalas senyuman gadis itu.

“Aku ingin membeli koranmu lagi, oh iya namaku Rika, siapa namamu?” Ricky menuliskan namanya di buku dan memperlihatkannya pada Rika.
“Namamu Ricky ya? Wah nama kita hampir sama ya?” Kata Rika sambil tertawa. Tawanya yang ceria membuat Ricky kembali tersenyum.
“Bisakah kita berteman?” Tanyanya pada Ricky. Ricky hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan senang. Akhirnya ada seseorang yang dengan tulus mau berteman dengannya. Walaupun kekurangan yang ia miliki Rika dengan senang hati bisa menerima Ricky apa adanya.

Mentari berada tepat di atasnya ketika ia berdiri tepat di depan gerbang sebuah sekolah, sesekali ia melihat ke dalam untuk memastikan bila seseorang yang ia tunggu datang menghampirinya. Tangan kirinya terlihat merangkul beberapa koran, topi yang ia pakai menambah kesan kalau ia ada seorang pedagang koran yang hendak berjualan di sekolah itu. Padahal ia sedang menunggu seseorang yang sangat spesial di hidupnya. “Kau sudah lama menungguku?” Tanya Rika pada Ricky yang sedari tadi telah menunggunya. Ricky hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Hari ini Rika berjanji untuk membantu Ricky menjual koran-korannya. Hal inilah yang ingin sekali Rika lakukan selama hidupnya, membantu seseorang yang memiliki kekurangan seperti Ricky. Apalagi ia telah mampu merubah dirinya yang dulunya sangat cuek dengan lingkungan sekitar menjadi seseorang yang lebih peduli, apalagi Ricky adalah seseorang yang baik dan bekerja keras dengan kemampuan yang ia miliki. Tepat ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah Rika dan Ricky mulai menjajakkan koran mereka. Walaupun hari itu matahari bersinar sangat teriknya, tetapi mereka dengan semangat berjualan koran. Tidak peduli bagaimana orang-orang akan membeli atau tidak koran yang mereka jual. Setidaknya Rika tahu, seperti ini sulitnya ketika mencari uang.
Cahaya jingga yang telah datang di langit biru dan mentari yang siap untuk kembali singgasana, sepasang insan yang tampak lelah duduk di bangku taman yang tidak jauh dari keramaian pusat kota. Rika telah berhasil membantu Ricky menjual korannya. Koran mereka telah berhasil terjual habis. “Rasanya aku iri padamu bisa hidup seperti ini dan tidak ada yang melarangmu. Terkadang aku sangat lelah hidup tanpa ibu, dan Ayah jarang sekali pulang ke rumah. Beliau hanya sibuk dengan pekerjaannya. Aku sangat merindukan Ibuku.” Kata Rika.

Suaranya hampir menangis saat mengatakan itu. Tapi, jauh di dalam hati Ricky ia sangat ingin menjadi seperti Rika. Yang kapan saja bisa tidur di kasur yang empuk, bisa bersekolah dan bermain bersama teman-temannya. Ricky sangat ingin seperti dia, yang kapan saja bisa berbicara dan dengan mudahnya bisa memprotes seseorang bila orang itu salah. Tidak bagi Ricky. Kekurangannya selalu dipandang sebelah mata terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Kesalahan yang bukan disebabkan olehnya, selalu dialamatkan padanya. Cacian, makian sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Ricky. Ia hanya bisa menangis dalam diam, marah dalam diam dan tertawa dalam diam. Baginya hidupnya adalah kesunyian yang akan terus menyelimutinya sampai kapan pun.

Ricky menyentuh lembut bibir Rika dan mencoba membentuk garis lengkung di bibirnya. Ia menyuruh Rika untuk tersenyum, karena baginya senyumannya bisa membuat dunia ini bersinar kembali. Rika dengan riangnya membalas senyuman Ricky tersebut. Dalam hati Ricky, ia berharap waktu berhenti saat ini. Menikmati setiap senyumnya membuat dunianya kembali utuh. Sesuatu yang selama ini hilang, telah ia temukan kembali dalam Rika. Rika adalah permata yang telah hilang dalam dirinya. Dan kini ia telah menemukannya kembali.

“Di sini rupanya Kau!” Kata seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menarik tangan Rika. Nyaris terjatuh Rika berusaha menarik tangannya dari laki-laki itu.
“Kita sudah tidak ada hubangan lagi, buat apa kau mencariku? Dan berhentilah menarikku secara kasar seperti tadi!” Bentak Rika dengan marah.
“Ayahmu, menyuruhku membawamu pulang. Ia sangat khawatir denganmu dan tidak ada gunanya kau berteman dengan seseorang yang bisu seperti dia.”
“Ayah mengkhawatirkanku? Sejak kapan?! Bahkan ia tidak pernah bertanya siapa saja temanku, hanya kau adalah anak dari teman dari Ayahku, kau memperlakukanku sesuka hatimu seperti ini?!”
“Pokoknya kau harus ikut denganku!” Kata laki-laki itu dengan menarik paksa lengan Rika. Tangannya kemudian terlepas dari laki-laki itu. Dengan tidak mempedulikan keadaan di sekitarnya, Rika berlari menjauhinya. Ke mana pun ia tidak peduli, ia harus pergi jauh dari tempat ini. dia harus terus berlari ke mana pun ia akan berlari. Sampai akhirnya ia tidak mendengar sebuah klakson mobil yang berusaha menghentikannya. Tapi, semua terlambat Rika sudah jatuh tersungkur dengan darah mengalir dari tubuhnya.





Ricky yang dari tadi mengejar Rika melihat apa yang terjadi padanya. Tanpa berpikir panjang ia menghampirinya dan berusaha untuk membangunkannya. Tapi, suaranya tidak ke luar hanya air mata yang sekarang ke luar dari kedua matanya. Ricky menggendong Rika dan kembali berlari mencari Rumah Sakit terdekat. Sesampainya di sana dengan susah payah ia berusaha membujuk dokter untuk menyelamatkan Rika. “Ini tidak boleh terjadi lagi.” pikirnya. Kejadian yang hampir sama, ia tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya. Kali ini ia akan melakukan apa pun untuk membuat Rika sadar dan tersenyum kembali. “Dia membutuhkan donor darah yang sama dengannya. Pasien ini telah banyak sekali kehilangan darahnya.” Kata dokter kepada Ricky.

Ricky menuliskan sesuatu dalam buku yang biasa ia bawa dan memperlihatkan kepada dokter itu. Dokter tampak terkejut, tapi ia kemudian mengangguk mengerti. Dan Ricky mulai tersenyum. Cahaya itu perlahan mendekat dan mulai menyilaukan penglihatannya, sedikit buram tapi Rika bisa melihat jelas Ricky berbaring di sampingnya dengan wajah tersenyum. Kepalanya sedikit sakit ketika ia berusaha bangun dari tempat tidur Rumah Sakit. Ada sebuah cacatan kecil yang berada tepat di samping Ricky. Rika mengambilnya dan mulai membaca.

“Dokter ambil saja semua darahku, aku ingin ia selamat aku ingin ia tersenyum kembali dan kembali ceria seperti dulu. Aku tidak peduli jika nyawaku harus hilang karenanya, tapi biarkan dia hidup dan ambil semua darahku untuknya.” Ia mulai menangis saat membaca isi surat dan mengelus pipi Ricky yang kini terasa sangat dingin.

{Tamat !}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar